LEADERSHIP
and POWER
DEFINISI KEPEMIMPINAN adalah
proses memengaruhi atau memberi contoh oleh pemimpin kepada pengikutnya dalam
upaya mencapai tujuan organisasi.
PERBEDAAN ANTARA MANAGEMENT DAN LEADERSHIP:
1. Kepemimpinan (leadership) mempunyai fungsi dasar dalam menentukan arah (setting direction) atau visi (vision) organisasi. Visi yang menggugah dan membangkitkan gairah untuk diikuti oleh semua pihak dalam organisasi. Untuk itu dapat dikatakan bahwa tugas utama pemimpin (leader) adalah menjadi pelopor dalam menentukan arah atau visi organisasi
2. Manajemen mempunyai fungsi dasar dalam hal mengendalikan (controls) dan mengarahkan (directs) orang atau sumberdaya (resources) yang ada agar tujuan atau visi organisasi dapat dicapai berdasarkan pada prinsip-prinsip atau nilai-nilai yang telah dibangun. Management menghasilkan tindakan-tindakan (action) yang tepat dan cepat untuk meraih visi.
PERBEDAAN ANTARA MANAGEMENT DAN LEADERSHIP:
1. Kepemimpinan (leadership) mempunyai fungsi dasar dalam menentukan arah (setting direction) atau visi (vision) organisasi. Visi yang menggugah dan membangkitkan gairah untuk diikuti oleh semua pihak dalam organisasi. Untuk itu dapat dikatakan bahwa tugas utama pemimpin (leader) adalah menjadi pelopor dalam menentukan arah atau visi organisasi
2. Manajemen mempunyai fungsi dasar dalam hal mengendalikan (controls) dan mengarahkan (directs) orang atau sumberdaya (resources) yang ada agar tujuan atau visi organisasi dapat dicapai berdasarkan pada prinsip-prinsip atau nilai-nilai yang telah dibangun. Management menghasilkan tindakan-tindakan (action) yang tepat dan cepat untuk meraih visi.
PENEMUAN-PENEMUAN
KLASIK KEPEMIMPINAN
Definisi studi Iowa: penelitian kepada anak-anak 10 tahun yang memiliki tiga style kepemimpinan, yakni: otokratis, demokratis, laissez faire. Pemimpin yang otoriter bertindak sangat direktif, selalu memberikan arahan dan tidak memberikan kesempatan untuk berpendapat. Pemimpin yang demokratis mencoba untuk bersikap objektif didalam pemberian kritik atau pujian, dan membentuk kelompok diskusi dalam pembuatan keputusan. Pemimpin semaunya sendiri (laissez faire) memberikan kebebasan yang mutlak pada kelompok. Tujuannya untuk mengetahui pengaruh gaya kepemimpinan dalam variabel-variabel kepuasan dan frustasi-agresi.
Definisi studi Iowa: penelitian kepada anak-anak 10 tahun yang memiliki tiga style kepemimpinan, yakni: otokratis, demokratis, laissez faire. Pemimpin yang otoriter bertindak sangat direktif, selalu memberikan arahan dan tidak memberikan kesempatan untuk berpendapat. Pemimpin yang demokratis mencoba untuk bersikap objektif didalam pemberian kritik atau pujian, dan membentuk kelompok diskusi dalam pembuatan keputusan. Pemimpin semaunya sendiri (laissez faire) memberikan kebebasan yang mutlak pada kelompok. Tujuannya untuk mengetahui pengaruh gaya kepemimpinan dalam variabel-variabel kepuasan dan frustasi-agresi.
Setelah dilakukannya penelitian terhadap
tiga gaya kepemimpinan terhadap klub anak, maka dapat disimpulkan bahwa
anak-anak lebih menyukai pemimpin yang demokratis dibandingkan pemimpin yang
otokratis. Didalam penelitian Iowa tidak mengungkapkan pengaruh langsung dari
gaya kepemimpinan tersebut pada produktivitas. Eksperimen yang pokok dirancang
hanya untuk mengamati pola prilaku agresif. Yang hasilnya suatu perilaku
kelompok-kelompok yang apatis, ketika pemimpin yang otokratis keluar ruangan,
maka meletuslah sikap agresifnya. Gaya kepemimpinan laissez faire menghasilkan
sejumlah besar perbuatan agresif dari kelompoknya, sedangkan gaya kepemimpinan
demokratis berada diantara satu agresif dan empat apatis dalam kelompok yang
otokratis.
Studi Ohio memulai penelitian dengan premis bahwa tidak ada kepuasan atas rumusan atau definisi kepemimpinan yang ada. Dengan asumsi terdahulu bahwa kepemimpinan selalu diartikan sama dengan kepemimpinan yang baik.
Studi Ohio memulai penelitian dengan premis bahwa tidak ada kepuasan atas rumusan atau definisi kepemimpinan yang ada. Dengan asumsi terdahulu bahwa kepemimpinan selalu diartikan sama dengan kepemimpinan yang baik.
Studi Michigan adalah sebuah penelitian dengan tujuan untuk menentukan prinsip-prinsip
produktivitas kelompok dan kepuasan anggota kelompok yang diperoleh dari
partisipasi mereka. Staf peneliti Ohio merumuskan kepemimpinan sebagai
suatu perilaku seorang individu ketika melakukan kegiatan pengarahan suatu grup
ke arah pencapaian tujuan tertentu. Dalam hal ini pemimpin memiliki deskripsi
perilaku atas dua dimensi, yaitu struktur pembuatan inisiatif dan perhatian.
Struktur pembuatan inisiatif menunjukkan perilaku pemimpin dalam menentukan
hubungan kerja antara dirinya dengan yang dipimpin. Perilaku perhatian
menggambarkan perilaku pemimpin yang menunjukkan kesetiakawanan, bersahabat,
saling percaya, dan kehangatan didalam hubungan antara pemimpin dan
anggota staf.
TEORI-TEORI KEPEMIMPINAN
a. Teori Sifat
Teori-teori sifat (trait theories) mengemukakan bahwa pemimpin itu dilahirkan bukan dibuat. Teori ini sering disebut juga "great-man", lebuh lanjut dinyatakan bahwa seseorang itu dilahirkan dengan membawa atau tidak membawa ciri-ciri atau sifat-sifat yang diperlukan bagi seorang pemimpin, atau dengan kata lain, individu yang telah lahir telah membawa ciri-ciri tertentu yang memungkinkan dia dapat menjadi seorang pemimpin.
Teori-teori sifat (trait theories) mengemukakan bahwa pemimpin itu dilahirkan bukan dibuat. Teori ini sering disebut juga "great-man", lebuh lanjut dinyatakan bahwa seseorang itu dilahirkan dengan membawa atau tidak membawa ciri-ciri atau sifat-sifat yang diperlukan bagi seorang pemimpin, atau dengan kata lain, individu yang telah lahir telah membawa ciri-ciri tertentu yang memungkinkan dia dapat menjadi seorang pemimpin.
Kepemimpinan adalah suatu fungsi kualitas seorang
individu, bukan fungsi situasi, teknologi, atau dukungan masyarakat. Hal ini
mengandung pengertiaan dasar bahwa peneltitian-penelitian dasar kepemimpinan
selalu condong menyatakan bahwa individu merupakan sumber kegiatan-kegiatannya.
Keith
Davis mengikhtisarkan ada 4 ciri utama yang mempunyai pengaruh terhadap
kesuksesan kepemimpinan dalam organisasi :
* Kecerdasan (Intellegence)
* Kecerdasan (Intellegence)
* Kedewasaan
sosial dan hubungan sosial yang luas (Social Maturity and Breath)
* Motivasi
dari dan dorongan berprestasi
* Sikap-sikap
hubungan manusia
b. Teori Kelompok
Teori
kelompok dalam kepemimpinan (group theory of leadership) dikembangkan atas dasar
ilmu psikologi sosial. Teori ini menyatakan bahwa untuk pencapaian
tujuan-tujuan kelompok harus ada pertukaran yang positif antara pemimpin dan
bawahannya. Kepemimpinan itu merupakan suatu proses pertukaran antara pemimpin
dan pengikutnya, yang juga melibatkan konsep sosiologi tentang peranan yang
diharapkan kedua belah pihak.
c. Teori Situasional (Contingency)
Pendekatan
sifat dan maupun kelompok terbukti tidak memadai untuk mengungkap teori
kepemimpinan yang menyeluruh, perhatian dialihkan pada aspek-aspek situasional
kemungkinan. Fred Fiedler telah mengajukan sebuah model dasar situasional bagi
efektifitas kepemimpinan, yang dikenal sebagai contingency model of leadership
effectiveness. Model ini menjelaskan hubungan antara gaya kepemimpinan dan situasi
yang menyenangkan dan menguntungkan. Situasi-situasi tersebut digambarkan oleh
Fiedler dalam 3 dimensi empirik, yaitu:
1.
Hubungan pimpinan anggota
2.
tingkat dalam struktur tugas
3. posisi kekuasaan pemimpin yang didapatkan melalui
wewenang formal
Penemuan
Fiedler menunjukkan bahwa dalam situasi yang sangat menguntungkan atau sangat
tidak menguntungkan, tipe pemimpin yang berorientasi pada tugas atau pekerjaan
adalah sangat efektif. Tetapi bila situasi yang menguntungkan atau tidak
menguntungkan hanya moderat (terletak pada range tengah), tipe pemimpin
hubungan manusiawi atau yang toleran dan lunak akan sangat efektif.
d. Teori Path-Goal
Teori ini menganalisa pengaruh (dampak) kepemimpinan
terutama perilaku pemimpin terhadap motivasi bawahan, kepuasan dan pelaksanaan
kerja.
Teori
ini memasukkan empat tipe atau gaya pokok perilaku pemimpin, yaitu :
·
Kepemimpinan direktif (directive
leadership)
Bawahan tahu apa yang diharapkan dari dirinya dan adanya pengarahan khusus
dari pemimpin. Dalam model ini tidak ada partisipasi dari bawahan. Contoh: Seorang
pegawai baru yang baru saja mulai bekerja. Kita mesti pahami bahwa individu ini
adalah orang baru dalam industri yang Anda tekuni dan ia belum memiliki banyak
pengalaman. Gaya kepemimpinan yang paling sesuai untuk diterapkan dalam kasus
ini ialah gaya direktif. Mereka ini membutuhkan banyak arahan sehingga bisa
belajar menemukan jalannya.
·
Kepemimpinan suportif (supportive
leadership)
Adanya kesediaan pemimpin untuk menjelaskan sendiri, bersahabat, mudah
didekati, dan mempunyai perhatian kemanusiaan yang murni terhadap bawahannya. Contoh: usaha
untuk mengembangkan hubungan interpersonal yang menyenangkan
di antara anggota kelompok. Kepemimpinan pendukung (supportive) memberikan
pengaruh yang besar terhadap kinerja bawahan pada saat mereka sedang mengalami
frustasi dan kekecewaan.
·
Kepemimpinan partisipatif
(participative leadership)
Pemimpin berusaha meminta dan mempergunakan saran-saran dari para bawahannya.
Namun pengambilan keputusan masih tetap berada padanya. Contoh: Sebuah
masalah muncul dan harus diatasi sesegera mungkin. Seorang individu ialah
bawahan yang sudah bekerja cukup lama, mereka sudah menguasai dasar-dasar
pekerjaannya tetapi masih mempelajari atmosfernya. Pendekatan yang sesuai ialah
gaya kepemimpinan partisipatif. Dengan demikian, Anda sebagai pemimpin bisa
membuat orang ini berpartisipasi dalam pemecahan masalah berdasarkan
pengetahuan yang mereka miliki dan memberikan peluang bagi Anda untuk melihat
seberapa baik mereka berkembang.
·
Kepemimpinan orientasi prestasi
(achievement-oriented leadership)
Pemimpin menetapkan serangkaian tujuan yang menantang para bawahan untuk
berprestasi. Pemimpin memberikan keyakinan pada mereka bahwa mereka mampu
melaksanakan tugas dan mencapai tujuan secara baik. Contoh: pemimpin dalam suatu regu untuk
mendaki gunung,. Pemimpin yang efektif yaitu di mana pemimpin memberikan arahan
serta motivasi agar bawahannya atau anggotanya dapat mencapai ke puncak gunung.
Pemimpin biasa memberikan reward ke pada anggotanya agar dapat mencapai
tujuan bersama.
Jadi, gaya-gaya kepemimpinan ini dapat dipergunakan oleh pemimpin yang sama dalam berbagai situasi yang berbeda. Baik model Fiedler maupun teori Path-Goal memasukkan 3 variabel penting dalam kepemimpinan, yaitu: pemimpin, kelompok dan situasi.
Jadi, gaya-gaya kepemimpinan ini dapat dipergunakan oleh pemimpin yang sama dalam berbagai situasi yang berbeda. Baik model Fiedler maupun teori Path-Goal memasukkan 3 variabel penting dalam kepemimpinan, yaitu: pemimpin, kelompok dan situasi.
Usaha-usaha yang dapat dilakukan pemimpin untuk mempengaruhi persepsi dan
memotivasi bawahannya adalah:
·
Mengetahui dan menumbuhkan
kebutuhan-kebutuhan para bawahan untuk menghasilkan sesuatu yang bisa dikontrol
pemimpin
·
Memberi intensif kepada bawahan
yang mampu mencapai hasil dalam bekerja
·
Membuat suatu jalan yang mudah
dilewati oleh bawahan untuk menaikkan prestasi dengan cara latihan, dan
pengarahan
·
Membantu para bawahan dengan
menjelaskan apa yang bisa diterapkan darinya
·
Mengurangi halangan-halangan yang
bisa membuat frustasi
·
Menaikkan kesempatan-kesempatan
untuk pemuasan bawahan yang memungkinkan tercapainya efektivitas kerja.
Pendekatan Social Learning dalam Kepemimpinan
·
Social Learning merupakan suatu
teori yang dapat memberikan suatu model yang menjamin kelangsungan, interaksi
timbal balik antara pemimpin, lingkungan dan perilakunya sendiri.
·
Pendekatan Social Learning
memberikan kesempatan pada pemimpin dan bawahan untuk memusyawarahkan semua
perkara yang timbul.
Keduanya
memiliki hubungan interaksi yang hidup dan mempunyai kesadaran untuk menemukan
bagaimana cara menyempurnakan perilaku masing-masing dengan memberikan
penghargaan-penghargaan yang diinginkan.
GAYA KEPEMIMPINAN
Ada 4 gaya
Kepemimpinan, yaitu :
1.
Gaya Kepemimpinan
Kontinum
Gaya kepemimpinan kontinum dipelopori
oleh Robert Tannenbaum dan Warren Schmidt. Kedua ahli menggambarkan gagasannya
bahwa ada dua bidang pengaruh yang ekstrem, pertama bidang
pengaruh pimpinan, kedua bidang pengaruh kebebasan bawahan.
Tannenbaun dan Schmidt dalam Hersey dan
Blanchard (1994) mengelompokkan tujuh kecenderungan perilaku kepemimpinan.
Ketujuh perilaku inipun tidak mutlak melainkan akan memiliki kecenderungan
perilaku kepemimpinan mengikuti suatu garis kontinum dari sisi otokratis yang
berorientasi pada tugas sampai dengan sisi demokratis yang berorientasi pada
hubungan. Ada 7 model keputusan kepemimpinan Kontinum antara lain :
- Pemimpin membuat keputusan dan
kemudian mengumumkan kepada bawahannya
(Otoritas atasan)
- Pemimpin
menjual keputusan (dalam hal ini pemimpin terlihat banyak menggunakan otoritas yang ada padanya)
- Pemimpin memberikan pemikiran-pemikiran atau ide-ide dan
mengundang pertanyaan-pertanyaan. Dalam model ini pemimpin
sudah menunjukkan kemajuan, dibatasinya penggunaan otoritasnya dan diberikan
kesempatan bawahan untuk mengajukan
pertanyaan-pertanyaan.
- Pemimpin memberikan keputusan
bersifat sementara yang kemungkinan dapat diubah
(Bawahan sudah mulai banyak terlibat dalam rangka pembuatan keputusan)
- Pemimpin
memberikan persoalan, meminta saran-saran dan
membuat keputusan (Model ini sudah jelas otoritas pimpinan dipergunakan sedikit mungkin)
- Pemimpin merumuskan batas-batasnya
dan meminta bawahan
untuk membuat keputusan (Partisipasi Bawahan kali ini lebih besar
dibandingkan 5 model di atas)
- Pemimpin mengizinkan bawahan
melakukan fungsi-fungsinya dalam batas-batas yang telah dirumuskan oleh pimpinan (model
ini terletak pada titik ekstrem penggunaan otoritas pada nomor satu di atas)
2.
Gaya Kepemimpinan Manajerial Grid
Seorang pemimpin selain harus lebih memikirkan
mengenai tugas-tugas yang akan dicapainya juga dituntut untuk memiliki
orientasi yang baik terhadap hubungan kerja dengan bawahannya. Artinya
bahwa seorang pemimpin tidak dapat hanya memikirkan pencapaian tugas saja
tanpa memperhitungkan faktor hubungan dengan bawahannya, sehingga seorang
pemimpin dalam mengambil suatu sikap terhadap tugas, kebijakan-kebijakan yang
harus diambil, proses dan prosedur penyelesaian tugas, maka saat itu
juga pemimpin harus memperhatikan pola hubungan dengan staf atau
bawahannya secara baik. Menurut Blake dan Mouton ini, kepemimpinan dapat
dikelompokkan menjadi empat kecenderungan yang ekstrim dan satu
kecenderungan yang terletak
di tengah-tengah keempat gaya ekstrim tersebut. Gaya kepemimpinan tersebut
adalah :
Impoverished leadership, dalam kepemimpinan ini si
pemimpin selalu menghindar dari segala bentuk tanggung jawab dan
perhatian terhadap bawahannya.
Team leadership, pimpinan menaruh perhatian
besar terhadap hasil maupun hubungan kerja, sehingga mendorong bawahan untuk berfikir
dan bekerja serta terciptanya hubungan yang serasi antara pimpinan dan bawahan.
Country Club leadership, pimpinan lebih mementingkan
hubungan kerja atau kepentingan bawahan, sehingga hasil/tugas kurang
diperhatikan.
Task leadership, kepemimpinan ini bersifat
otoriter karena sangat mementingkan tugas/hasil dan bawahan dianggap tidak
penting karena sewaktu-waktu dapat diganti.
Middle of the road, dimana si pemimpin cukup memperhatikan dan mempertahankan serta
menyeimbangkan antara moral bawahan dengan keharusan penyelesaian pekerjaan
pada tingkat memuaskan, dimana hubungan antara pimpinan-bawahan seperti orang
tua-anak.
· Gris 1. Manager sedikit sekali usahanya untuk
memikirkan orang-orang yang bekerja dengan dirinya, dan produksinya yang
seharusnya dihasilkan oleh organisasinya. Dalam menjalankan tugas manager dalam
gris ini menganggap dirinya sebagai perantara yang hanya mengkominikasikan
informasi dari atasan lepada bawahan.
·
Gris
2. Manager mempunyai rasa tanggung jawab yang tinggi untuk memikirkan baik
produksinya maupun orang-orang yang bekerja dengannya. Dia mencoba merencanakan
semua usaha-usahanya dengan senantiasa memikirkan dedikasinya pada produksi dan
nasib orang-orang yang bekerja dalam organisasinya. Manager yang termasuk gris
ini dapat dikatakan sebagai “manager tim” yang riel (the real team manager).
Dia mampu untuk memadukan kebutuhan-kebutuhan produksi dengan
kebutuhan=kebutuhan orang-orang di organisasinya.
·
Gris 3. Mempunyai rasa tanggung jawab yang
tinggi untuk selalu memikirkan orang-orang yang bekerja dalam
organisasinya. Tetapi pemikirannya mengenai
produksi rendah. Manager semacam ini sering dinamakan pemimpin club (the
Country club management), Manajer menciptakan suasana lingkungan yang semua
orang bias bekerja rilek, bersahabat, dan bahagia bekerja dalam organisasinya.
Namun, tidak ada satu orang pun yang mau memikirkan tentang usaha-usaha
koordinasi guna mencapai tujuan organisasi.
·
Grid 4. Manajer yang menjalankan tugas secara
otokratis (autocratictask managers). Manager semacam ini hanya
mau memikirkan tentang usaha peningkatan efisiensi pelaksanaan verja, hanya sedikit rasa tanggung
jawabnya pada orang-orang yang bekerja dalam organisasinya
·
Gris 5. Manager berusaha mencoba menciptakan
dan membina moral orang-orang yang bekerja dalam organisasi yang di
pimpinnya, dan produksi dalam tingkat yang memadai, tidak mencolok. Dia tidak
menciptakan target terlampau tinggi sehingga sulit dicapai, dan berbaik hati
mendorong orang-orang untuk bekerja lebih baik.
3.
Tiga Dimensi dari Reddin
Mengidentifikasikan gaya-gaya
kepemimpinan yang secara tidak langsung
berhubungan dengan efektivitas. Ada 4 gaya efektif, yaitu:
·
Eksekutif
Gaya ini memberikan perhatian pada tugas-tugas pekerjaan dan hubungan kerja,
manajer yang mempergunakan gaya ini disebut sebagai motivator yang baik. Menetapkan
standar kerja yang tinggi berkehendak mengenal perbedaan di antara individu dan
berkeinginan mempergunakan kerja tim dalam manajemen.
·
Pecinta
Pengembangan (Developer)
Gaya ini memberikan perhatian maksimum terhadap hubungan kerja dan
perhatian yang minimum terhadap tugas-tugas pekerjaan. Seorang manajer yang
mempergunakan gaya ini mempunyai kepercayaan yang implisit terhadap orang orang
yang bekerja dalam organisasinya dan sangat memperhatikan terhadap pengembangan
mereka sebagai individu.
·
Otokratis
yang baik hati (Benevolent autocrat)
Gaya ini memberikan perhatian maksimum terhadap tugas dan perhatian yang
minimum pada hubungan kerja. Seorang manajer mengetahui secara tepat apa yang
ia inginkan dan bagaimana memperoleh yang dia inginkan tanpa menyebabkan
ketidakseganan di pihak lain.
·
Birokrat
Gaya ini memberikan perhatian yang minimum terhadap tugas dan hubungan
kerja. Seorang manajer yang mempergunakan gaya ini sangat tertarik pada
peraturan dan menginginkan memeliharanya, serta melakukan kontrol situasi
secara teliti.
Ada 4 gaya yang tidak efektif,
yaitu antara lain:
Ò
Pecinta
Kompromi (Compromiser)
Gaya ini memberikan perhatian besar pada tugas dan hubungan kerja dalam
suatu situasi yang menekankan pada kompromi. Manajer yang membuat keputusan
yang jelek banyak tekanan yang mempengaruhinya .
Ò
Missionari
Gaya ini memberikan penekanan yang maksimum pada orang orang dan hubungan
kerja, tetapi memberikan perhatian yang minimum terhadap tugas dengan perilaku yang
tidak sesuai. Manajer hanya menilai keharmonisan sebagai suatu tujuan dalam
dirinya sendiri.
Ò
Otokrat
Gaya ini memberikan perhatian yang
maksimum terhadap tugas dan minimum terhadap hubungan kerja dengan suatu
perilaku tidak sesuai. Manajer seperti ini tidak mempunyai kepercayaan pada orang
lain, tidak menyenangkan dan hanya tertarik pada jenis pekerjaan yang segera
selesai.
Ò
Lari
dari Tugas (Deserter)
Gaya ini sama sekali tidak memberikan perhatian baik pada tugas maupun pada
hubungan kerja. Dalam situasi tertentu gaya ini tidak begitu terpuji (pasif dan
tidak mau ikut campur tangan secara aktif dan positif .
4.
Empat system
Manajemen dari Likert
Empat sistem yang dikembangkan Rensis Likert:
ü
Sistem 1 , Exploitive-authoritative,
otokratis mempunyai sedikit kepercayaan memberi ketakutan dan hukuman hukuman ,
dengan diselingi pemberian penghargaan, memperhatikan pada komunikasi yang
turun ke bawah dan hanya membatasi proses pengambilan keputusan di tingkat atas
saja.
ü
Sistem 2 , Otokratis yang baik
hati (Benevolent authoritative ) mempunyai kepercayaan yang berselubung, percaya
pada bawahan, memotivasi dengan hadiah–hadiah dan ketakutan berikut
hukuman-hukuman, mendengarkan pendapat–pendapat dan ide dari bawahan serta adanya
delegasi wewenang dalam proses keputusan.
ü
Sistem 3 , Manajer konsulatif,
mempunyai sedikit kepercayaan dan melakukan motivasi dengan penghargaan dan
hukuman yang kebetulan, menetapkan dua pola hubungan komunikasi yakni ke atas
dan ke bawah .
ü
Sistem 4 , Partisipative group
mengandalkan untuk mendapatkan ide–ide dan pendapat-pendapat lainnya dari
bawahan dan mempunyai niatan untuk mempergunakan pendapat bawahan secara
konstruktif mendorong bawahan untuk ikut bertanggung jawab membuat keputusan
dan juga melaksanakan keputusan tersebut dengan tanggung jawab yang besar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar