KEPRIBADIAN
Kepribadian adalah keseluruhan sikap, perasaan,
ekspresi, temperamen, ciri-ciri khas dan prilaku seseorang. Sikap, perasaan,
ekspresi dan tempramen itu akan terwujud dalam tindakan seseorang jika
dihadapkan pada situasi tertentu. Setiap orang mempunyai kecenderungan perilaku
yang baku, atau berlaku terus menerus secara konsisten dalam menghadapai
situasi yang dihadapi, sehingga menjadi ciri khas pribadinya.
5 MODEL DIMENSI KEPRIBADIAN:
* (O) OPENESS TO EXPERIENCE - Mempunyai sikap terbuka
Golongan yang berada dalam kumpulan ini mempunyai sikap terbuka
terhadap sesuatu idea atau pendapat. Di samping itu mereka tertarik pada
pengalaman baru. Bagi golongan ini dunia ini merupakan “Tempat
Pembelajaran”, dan setiap pengalaman dipelajari sepenuhnya.
Mereka mempunyai sifat ingin tahu (intellectually curious)
yang begitu mendalam. Mereka suka pada sesuatu benda yang cantik dan menghargai
kesenian. Golongan ini juga lebih peka terhadap emosi mereka dan suka
membandingkan diri mereka dengan orang yang terdekat dengan mereka. Mereka
bertindak dan berfikir secara cara tersendiri (individualistic) dan
dalam cara yang kurang berkonfrontasi.
Orang yang kurang mempunyi sifat dominan dalam ciri ini mempunyai
daya presepsi dan pemikiran yang dangkal, lebih suka pada sesuatu yang terus
terang dan kurang kompleks, dan memiliki tangapan (prasangka) atau kekhawatiran
(wasangka) yang salah tentang perkara yang berkaitan dengan seni dan sains.
Golongan ini lebih bersifat konservatif dan tidak suka pada perubahan khususnya
yang drastik.
Kajian juga menunjukkan bahawa golongan yang berfikiran terbuka
ini lebih cenderung untuk memasuki bidang pekerjaan seperti pegawai polis ,
bahagian pemasaran dan jualan dan amat bagus dalam bidang-bidang ini.
* (C) CONSCIENTIOUSNESS - Mempunyai kesadaran
sikap untuk menilai kemampuan individu didalam organisasi, baik
mengenai ketekunan dan motivasi dalam mencapai tujuan sebagai perilaku
langsungnya. Sebagai lawannyamenilai apakah individu tersebut tergantung, malas
dan tidak rapi
* (E) EXTROVENT - Bersifat sosial (suka bergaul)
Golongan ini biasanya bersikap “out going” , enerjik, dan bersikap
positif. Individu yang tergolong dalam kumpulan ini mempunyai perhatian lebih
kepada orang disekitarnya daripada dirinya sendiri. Bagi golongan ini, dunia ini
merupakan “Taman Permainan”. Semasa berada didalam kumpulan mereka, mereka suka
sangat bercakap, menilai diri mereka dan mendapat perhatian.
* (A) AGREEABLE - Berpendapat sama (senang
mencapai persetujuan)
sikap menilai kualitas orientasi individu dengan kontinum nilai
dari lemah lembut sampai antagonis didalam berpikir, perasaan dan perilaku.
Dimensi ini merujuk kepada kecenderungan seseorang untuk tunduk kepada orang
lain.
* (N) NEUROTICISM - Bersifat neurotik (Mempunyai
gangguan emosi)
Seseorang yang biasa memiliki pandangan negatif, mempunyai emosi
yang reaktif. Dikatakan demikian kerana seseorang tersebut bertindak dengan
lebih emosi terhadap sesuatu perkara atau peristiwa yang pada padangan atau
response orang lain adalah biasa.
Mereka lebih tercenderung untuk memandang sesuatu situasi yang
normal sebagai mengancam nyawa dan kekecewaan yang kecil dalam hidup mereka
sebagai sesuatu yang sangat susah.Disebabkan emosi-emosi yang negatif ini
berpanjangan, pada kebiasaannya golongan ini tertekan sepanjang masa.
Disebabkan oleh faktor-faktor ini, golongan ini tidak dapat berfikir secara
logik.
Komponen utama kepribadian yang mempengaruhi PERILAKU
ORGANISASI, yaitu sbb:
• Locus of Control yaitu keyakinan seseorang mengenai apa yang menjadi
penyebab hal baik dan buruk yang terjadi dalam kehidupannya. Ada dua jenis locus of control, yaitu:
1. Locus of Internal
Orang dengan locus internal yang dominan beranggapan bahwa
keberhasilan dan kegagalannya dalam bidang-bidang yang dia hadapi adalah karena
usaha yang dilakukan dirinya sendiri, bukan karena orang lain. Contoh:
Seorang
mahasiswa belajar giat untuk menghadapi ujian akhir dan kemudian mendapat nilai
jelek. Dia menganggap bahwa kegagalan itu adalah akibatnya tidak belajar
sungguh-sungguh, sehingga dia terus menyalahkan dirinya. Padahal memang ujian
kali itu sangat susah dan seluruh kelas mendapatkan nilai jelek.
2. Locus of External
Sebaliknya orang dengan locus external akan lebih easy going, rileks, menikmati kehidupannya dan membiarkannya mengalir seperti apa adanya. Orang dengan tipe ini lebih mempercayai takdir, nasib baik, dan faktor-faktor luar lainnya yang mempengaruhi baik keberhasilan maupun kegagalannya. Contoh:
Sebaliknya orang dengan locus external akan lebih easy going, rileks, menikmati kehidupannya dan membiarkannya mengalir seperti apa adanya. Orang dengan tipe ini lebih mempercayai takdir, nasib baik, dan faktor-faktor luar lainnya yang mempengaruhi baik keberhasilan maupun kegagalannya. Contoh:
Seorang anak kecil yang berkelahi dan merebutkan mainan, anak
itu menyalahkan temannya karena mainannya diambil, meskipun mainan tersebut
bukan miliknya.
• Machiavellianism yaitu keyakinan bahwa seseorang dapat memanipulasi
orang lain untuk memperoleh keuntungan pribadi dalam berkompetisi. Contoh:
seorang
Manajer yang memanfaatkan anak buahnya untuk membuat nota palsu saat melakukan
transaksi untuk pembelian inventaris perusahaan.
• Self Esteem and Self Monitoring
Self Esteem yaitu bagaimana seseorang menilai dirinya sendiri.
Self Monitoring yaitu bagaimana seseorang mengamati lingkungannya, mengukurnya dan beradaptasi terhadap situasi tersebut. Kemampuan self monitoring terbagi menjadi dua:
Self Monitoring yaitu bagaimana seseorang mengamati lingkungannya, mengukurnya dan beradaptasi terhadap situasi tersebut. Kemampuan self monitoring terbagi menjadi dua:
Pertama, yang disebut dengan chameleon type, peka terhadap
situasi eksternal dan kemudian dengan segera mampu menyesuaikan diri. Contoh:
Rizka
adalah seorang ibu rumah tangga yang mempunyai anak dan juga bekerja sebagai
polwan. Saat di rumah, Rizka bersikap lembut dan sabar terhadap anak-anaknya
yang masih kecil, namun saat bertugas sebagai polwan, Rizka harus bersikap
tegas dan keras kepada masyarakat.
Kedua adalah true to themself type, apapun situasinya
seseorang akan berpegang pada apa yang diyakininya perlu dilakukan, dalam hal
ini fokus pada diri sendiri lebih kuat. Contoh:
Budi adalah seorang yang pekerja keras dan jujur dalam
bekerja. Saat bekerja sebagai Teller di bank, dia selalu menyelesaikan semua
tugasnya dengan baik dan jujur. Hingga sekarang dia menjabat sebagai General
Manager, Budi masih bekerja keras hingga lembur bahkan meskipun mendapat
kesempatan untuk menggelapkan uang perusahaan, Budi tetap bertindak jujur.
• Risk
Taking
Pengambilan resiko adalah suatu
kepribadian yang mengukur dampak berapa lama seseorang memerlukan waktu dalam
mengambil keputusan dan beberapa informasi yang mereka perlukan sebelum
mengambil keputusan. Pengambilan resiko sangat terkait dengan perilaku suatu
organisasi. Seorang pengusaha/pedagang dituntut untuk berani dan cepat dalam
mengambil resiko. Berbeda dengan pekerjaan administratif yang cenderung jarang
mengambil resiko karena sifat pekerjaannya yang sistematis dan sudah
terstruktur.
Contoh:
Perusahaan
X sudah berdiri sekian lama dan merupakan perusahaan yang maju, saat dalam
kondisi terdesak, Manajer/Pimpinan cenderung mengambil keputusan dengan penuh
pertimbangan yang melalui proses pengecekan, karena skala organisasi yang besar
dan situasi di dalamnya yang stabil. Berbeda dengan perusahaan yang masih berkembang,
ketika dalam kondisi terdesak, perusahaan cenderung mengambil keputusan dengan
cepat, tanpa melalui proses pengecekan yang panjang karena skala organisasi
yang masih kecil dan situasi didalamnya yang labil dan chaos.
• Personality
Types
Kepribadian proaktif adalah sikap yang
cenderung oportunis, berinisiatif, berani bertindak, dan tekun hingga berhasil
mencapai perubahan yang berarti. Pribadi proaktif tidak menunggu respon dari
luar, namun menciptakan perubahan positif dalam lingkungan tanpa mempedulikan
batasan dan halangan. Contoh:
Ada 2
orang yang bekerja di perusahaan yang sama, sebut saja Ali dan Budi. Ali adalah
seorang pekerja keras dan proaktif. Baginya bekerja bukan hanya sekedar
menyelesaikan pekerjaan rutin, tetapi juga media pembelajaran untuk melangkah
ke jenjang berikutnya yang lebih baik. Sedangkan B adalah seorang pemalas yang
sekedar mengerjakan apa yang diperintahkan, bahkan cenderung selalu menghindari
tanggung jawab. B memiliki persepsi bahwa tugas dan pekerjaan adalah beban yang
harus dihindari sebisa mungkin. Dia tidak pernah berusaha mengembangkan diri
atau bersikap proaktif.
Akibatnya,
pada saat penilaian kinerja, A memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan B.
Berikutnya, manajemen dan departemen-departemen lain di perusahaan tersebut
mengetahui perbedaan kinerja dan karakter kedua pekerja ini. Hasilnya dapat
dengan mudah ditebak, pencapaian karir A jauh lebih baik dibandingkan dengan B.
ACHIEVING PERSON-JOB FIT
Enam tipe
karakteristik jenis pekerjaan yang disukai dan cocok bagi setiap individu,
yaitu:
- Tipe Realistik: Lebih menyukai
kegiatan fisik yang menuntut ketrampilan dan koordinasi. Contoh: operator
mesin, sopir truk, petani, penerbang, pengawas bangunan, ahli listrik.
- Tipe Menyelidik: menyukai
pekerjaan yang melibatkan pemikiran, organisasi dan pemahaman. Contoh:
ahli fisika, ahli biologi, kimia, antropologi, matematika, peneliti.
- Tipe Sosial: menyukai
kegiatan yang melibatkan bantuan dan pengembangan. Contoh: guru, pekerja
sosial, konselor, misionari, psikolog klinik, dan terapis.
- Tipe
Konvensional: menyukai
peraturan dan tata tertib. Contoh: kasir, statistika, pemegang buku,
pegawai arsip dan pegawai bank.
- Tipe Pengusaha: menyukai
kegiatan yang verbal, dimana ada kesempatan untuk memengaruhi orang lain.
Contoh: pedagang, politikus, manajer pimpinan eksekutif perusahaan dan
perwakilan dagang.
- Tipe Artistik: menyukai
hal hal yang bersifat seni dan abstrak. Contoh: ahli musik, ahli kartun,
ahli drama, pencipta lagu dan penyair.
EMOTIONS
Emosi adalah reaksi terhadap suatu objek, bukan suatu sifat.
Sedangkan suasana hati tidak terkait dengan suatu objek. Emosi dapat berubah
menjadi suasana hati bila kita kehilangan fokus pada objek yang kontekstual.
Sebuah
organisasi yang berjalan baik adalah organisasi yang berhasil meniadakan
frustasi, takut, marah, benci, gembira, dan sebagainya. Beberapa emosi,
terutama bila ditampilkan pada saat yang salah, dapat mengurangi kinerja
karyawan. Namun realitasnya tetap saja bahwa karyawan membawa serta satu
komponen emosi bersama mereka ke tempat kerjanya dan tidak ada studi yang
komprehensif tanpa mempertimbangkan peran dari emosi ditempat kerja.
Contoh:
Karyawan
yang bekerja di perusahaan X, sebagai resepsionis atau bagian penerima tamu. Di
perusahaan X, dia dilatih untuk bersikap ramah ketika melayani tamu. Namun
suatu saat sebelum dia pergi ke kantor dia bertengkar dengan suaminya dan
pertengkaran itu semakin memuncak hingga suaminya mengancam bercerai apabila ia
pergi ke kantor. Sang istri tetap pergi ke kantor dengan suasana hati yang
tidak damai dan melayani tamu dengan ekspresi wajah yang sedih dan stres karena
emosinya ketika bertengkar dengan suaminya terbawa hingga ia bekerja. Melihat
hal diatas, dapat disimpulkan bahwa pentingnya pengendalian emosi dan pelatihan
pengelolaan emosi bagi karyawan di sebuah perusahaan untuk dapat menciptakan
perilaku dalam organisasi untuk selalu memberikan pelayanan yang menyenangkan
dan profesional.
- (Emotional labor) adalah ekspresi seorang karyawan dari emosi-emosi yang diinginkan secara organisasional selama transaksi antar personal di tempat kerja.
- Emosi yang dirasakan adalah emosi sebenernya dari seorang individu. Sebaliknya emosi yang ditampilkan adalah emosi yang harus ditunjukkan oleh pekerja sesuai dengan pekerjaannya dalam organisasi/perusahaan.
- Sebagai karyawan harus mampu menghadapi teman sekerja yang memiliki kepribadian dan pengelolaan emosi berbeda. Jika karyawan tidak mampu menerima perbedaan akan terjadi konflik dengan rekan sekerja. Konflik tersebut membuat karyawan harus lebih mengontrol emosi yang dimiliki.
DIMENSI EMOSI
- Varietas : riset mengidentifikasikan enam emosi universal : kemarahan, ketakutan, kesedihan, kegembiraan, kejijikan, dan kejutan.
- Intensitas : ekspresi yang berbeda dari intensitas emosi yang sama bisa disebabkan dari kepribadian ataupun tuntutan tempat kerja. Ada orang yang terkendali, tidak pernah memperlihatkan rasa marah, namun ada pula yang sebaliknya. Contoh : ketika ada masalah keluarga, karyawan tidak meluapkan emosi di tempat kerja dan menyimpan emosi tersebut dan bekerja seperti tidak ada masalah keluarga
- Frekuensi dan durasi : frekuensi dan durasi yang diperlukan untuk tenaga kerja emosional juga harus disesuaikan dengan kemampuan frekuensi dan durasi yang dimiliki karyawan.
GENDER AND EMOTIONS
- Bukti menunjukkan bahwa perbedaan antara pria dan wanita dalam hal emosi adalah bila menyangkut reaksi emosional dan kemampuan untuk membaca orang lain.
- Wanita menunjukkan ungkapan emosi yang lebih besar daripada pria, mengalami emosi secara lebih hebat, lebih nyaman dalam mengungkapkan emosi, lebih baik dalam membaca petunjuk-petunjuk non-verbal dan paralinguistik, dan lebih sering menampilkan ekspresi dari emosi yang positif maupun negatif, kecuali kemarahan.
AFFECTIVE EVENTS THEORY (AET)
Teori peristiwa afektif (AET) adalah sebuah model
yang menyatakan bahwa peristiwa-peristiwa di tempat kerja menyebabkan
reaksi-reaksi emosional pada karyawan, yang kemudian mempengaruhi sikap dan
perilaku di tempat kerja.
AET
intinya mempunyai dua pesan penting, yaitu:
- Emosi-emosi yang
dimiliki setiap individu menyediakan wawasan yang berharga bagi perusahaan
untuk memahami perilaku karyawan. Dalam model ini menggambarkan situasi
dimana kenyamanan dan suasana gembira di tempat kerja dapat mempengaruhi
kinerja dan kepuasan karyawan.
- Karyawan dan
manajer seharusnya tidak mengabaikan emosi dan peristiwa yang menyebabkan
hal tersebut terjadi, bahkan ketika itu merupakan hal yang tidak penting,
sebab suatu hal kecil dapat berubah menjadi hal besar.
Contoh:
Anton
adalah karyawan yang berprestasi di perusahaan X. Dalam setiap pekerjaan yang
didelegasikan kepadanya, Anton selalu berhasil mengerjakannya dengan hasil yang
memuaskan. Namun suatu ketika, Anton diberikan proyek dimana ia harus bekerja
sama dalam satu tim dengan rekan kerjanya yang ia tidak sukai. Hal ini
menyebabkan Anton enggan untuk bekerja dan seringkali mengganggu fokus dan
moodnya saat presentasi di depan rapat bisnis. Atasan Anton memahami akan
gelagat Anton yang terlihat dari emosinya yang menunjukkan ketidaknyamanan saat
bekerja dengan rekannya tersebut, kemudian segera melakukan pertukaran tim
proyek Anton dengan tujuan agar Anton dapat menyelesaikan proyek tersebut
dengan baik dan perasaan yang puas/nyaman.
APLIKASI-APLIKASI PERILAKU ORGANISASI TERHADAP EMOSI DAN SUASANA
HATI
1. Kemampuan dalam menentukan / seleksi
Ada satu
bukti kecerdasan emosi bahwa para pemberi kerja harus mempertimbangkan
kecerdasan emosi sebagai salah satu faktor dalam proses perekrutan karyawan.
2. Pengambilan keputusan
Peran
emosi dan suasana hati negatif di dalam pengambilan keputusan. Alloy dan
Abramsom (1979) menyatakan individu yang tertekan membuat penilaian-penilaian
yang lebih akurat daripada orang yang tidak tertekan.
3. Motivasi
Suasana
hati dan emosi penting di dalam motivasi. Dalam mencapai sesuatu, setiap orang
pasti mempunyai motivasi yang berbeda-beda. Kondisi suasana hati yang positif
mendukung seseorang untuk dapat mencapai tujuan dengan hasil yang lebih baik
daripada seseorang yang mempunyai motivasi namun dalam suasana hati yang
negatif.
4. Kepemimpinan
Dengan
membangkitkan emosi dan menghubungkannya pada visi yang menarik, para pemimpin
meningkatkan kemungkinan bahwa para manajer dan karyawan akan menerima
perubahan.
5. Konflik antar personal
Konflik
antarpersonal adalah konflik yang timbul di antara rekan kerja. Sebenarnya
keberhasilan seorang manajer di saat mencoba menyelesaikan konflik ditentukan
oleh kemampuan untuk mengenali elemen emosional dalam konflik dan meminta
pihak-pihak yang terlibat untuk mengendalikan emosi mereka.
6. Pelayanan pelanggan
Keadaan
emosional seorang pekerja mempengaruhi pelayanan terhadap pelanggan, biasanya
berpengaruh terhadap tingkat pengulangan bisnis dan tingkat kepuasan pelanggan.
Terkadang emosi karyawan dapat berpindah ke pelanggan, hal ini disebut
penularan emosional. Contoh penularan emosi adalah sebagai berikut ketika
seseorang tertawa dan tersenyum pada Anda, Anda mulai meniru perilaku orang
tersebut. Baik penularan emosi positif ataupun negatif tetap akan berpengaruh
terhadap pelanggan.
7. Perilaku menyimpang di tempat kerja
Emosi-emosi
yang negatif dapat berdampak terhadap perilaku menyimpang di tempat kerja.
Contohnya adalah iri hati, ketika kita iri karena teman kerja kita dipromosikan
untuk menjadi direktur utama sedangkan kita tidak. Hal ini biasanya berujung
pada perilaku menyimpang, bisa saja kemudian kita menyebarkan fitnah kepada
teman kita yang hendak dipromosikan menjadi direktur utama.
Kecerdasan Emosional
Kecerdasan emosional berarti kemampuan
seseorang untuk mendeteksi, mengendalikan dan mengelola emosi yang dimilikinya.
Individu-individu yang memiliki kecerdasan emosional akan menjadi individu yang
efektif di dalam melakukan pekerjaan. Kecerdasan emosional sendiri terdiri dari
lima dimensi, yaitu:
- Kesadaran diri
artinya anda sadar atas apa yang anda lakukan ataupun rasakan.
- Manajemen diri
artinya anda mempunyai kemampuan untuk mengelola emosi dan dorongan
dorongan pada diri anda sendiri.
- Motivasi diri
artinya anda memiliki kemampuan untuk bertahan dalam menghadapi kegagalan
dan kemunduran pada diri anda akibat kehilangan motivasi.
- Empati artinya
anda memiliki kemampuan merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain di
sekitar anda (anda tidak menjadi individu yang cuek).
- Keterampilan
sosial artinya anda mempunyai kemampuan menangani emosi-emosi orang lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar