Hal yang menjadi dasar perilaku
setiap individu pada umumnya adalah sebagai berikut:
1. Biographical Characteristics
(Karakteristik Biografi)
Manajer yang berhasil mampu mengamati perilaku karyawannya untuk
memahami karakteristik individu mereka. Manajer dapat menggunakan pemahaman ini
untuk membantu karyawan dalam meningkatkan kinerja mereka. Karakteristik biografi
menggambarkan perilaku individu yang mempengaruhi kinerja.
Biografi karakteristik adalah sifat-sifat pribadi yang dapat diamati
dan dicatat dalam data personal. Karakteristik ini memainkan bagian penting
dalam kinerja karyawan. Contoh karakteristik biografi yaitu usia, jenis kelamin,
status perkawinan, pendidikan dan pengalaman.
Pentingnya karakteristik biografis bagi seorang Manajer yaitu:
· Menempatkan orang pada pekerjaan/posisi yang
tepat
Tujuannya adalah untuk mencari dan menganalisis variabel-variabel yang berdampak pada produktivitas karyawan, kewarganegaraan, kepuasan sesuai dengan kapabilitas yang dimiliki.
Tujuannya adalah untuk mencari dan menganalisis variabel-variabel yang berdampak pada produktivitas karyawan, kewarganegaraan, kepuasan sesuai dengan kapabilitas yang dimiliki.
· Mengembangkan apa yang menjadi kemampuan
karyawan sesuai dengan karakteristik biografi.
Tujuannya adalah Manajer dapat membantu orang tersebut agar dapat beradaptasi dan menyesuaikan diri dengan lingkungan pekerjaannya sehingga tercipta suasana pekerjaan yang kondusif meskipun berkumpul dengan beragam karakteristik biografis yang berbeda.
Tujuannya adalah Manajer dapat membantu orang tersebut agar dapat beradaptasi dan menyesuaikan diri dengan lingkungan pekerjaannya sehingga tercipta suasana pekerjaan yang kondusif meskipun berkumpul dengan beragam karakteristik biografis yang berbeda.
Beberapa contoh pembahasan mengenai karakteristik biografi dan
pengaruhnya dalam pekerjaan:
Ø
Pengaruh usia dan produktivitas
Pada umumnya pekerja yang lebih
muda cenderung lebih produktif dibandingkan dengan pekerja yang sudah usia. Meskipun
tidak menutup kemungkinan bahwa usia 50 tahun tetap bisa berkontribusi dan
menghasilkan banyak karya dibandingkan anak berusia 17 tahun. Namun kondisi
fisik pekerja yang prima jelas memiliki peran besar dalam menentukan
produktivitas bagi perusahaan. Contoh:
Seorang karyawan yang masih muda
mampu bekerja sehari lebih lama dibandingkan seorang karyawan yang sudah usia. Saat
masih muda bisa bekerja sehari 8-10 jam, semakin bertambahnya usia, kondisi
fisik mempengaruhi kemampuan seseorang untuk produktif.
Ø
Pengaruh usia dan kepuasan kerja
Tidak ada alasan atau penjelasan
yang tepat mengenai pengaruh usia dengan kepuasan kerja. Banyak pekerja yang
sudah berusia lanjut memiliki kepuasan dalam bekerja bahkan tidak banyak
menuntut atas pekerjaannya, di sisi lain juga banyak pekerja muda yang begitu
bersemangat atas pekerjaan yang dilakukannya. Dalam hal ini tidak ada pendapat
yang paling benar karena kepuasan kerja diperoleh dari banyak faktor selain
usia, misalkan: lingkungan kerja, gaji, dsb.
Ø
Pengaruh jenis kelamin dan kepuasan kerja
Adanya keyakinan/budaya tertentu
di setiap perusahaan mempengaruhi penempatan dan preferensi kerja berdasarkan
jenis kelamin. Hal ini yang seringkali mempengaruhi kepuasan kerja karena
perbedaan jenis kelamin tersebut. Sebagai contoh:
Pekerja yang ditempatkan sebagai bagian
depan untuk menghadapi customer biasanya adalah perempuan, seperti SPG maupun
Teller di bank kebanyakan adalah wanita. Di sisi yang lain, kebanyakan karyawan
yang menempati posisi direktur / posisi tertinggi dalam suatu perusahaan adalah
pria. Hal ini menunjukkan pengaruh yang jelas antara jenis kelamin dengan
preferensi kerja sehingga juga mempengaruhi kepuasan kerja terutama bagi kaum
wanita. Padahal tidak menutup kemungkinan para pekerja wanita memiliki
kemampuan untuk memimpin di suatu perusahaan bukan hanya sebagai SPG.
2. Ability (kemampuan)
Ability adalah kapasitas
individu untuk mencapai pekerjaan. Berkaitan dengan ketepatan / kecocokan kerja seseorang, jika syarat pekerjaan
dengan kemampuan pekerja cocok, maka performa kerja dan kepuasan pekerja
meningkat. Jika yang terjadi sebaliknya maka efisiensi perusahaan dan kepuasan bekerja karyawan
tidak tercapai.
Ability terbagi menjadi 2 :
- Kemampuan Intelektual
Kapasitas untuk melakukan aktivitas mental (sosial, budaya, emosional, kognitif)
diperlukan
agar mampu
beradaptasi dengan lingkungan kerja. Ada 7 dimensi kemampuan intelektual:
a) Number
aptitude
Kemampuan
numerik dan logika (hitungan, mengingat angka, dll).
contoh: Dominic
Brian, seorang yang memiliki kemampuan number aptutide yang luar biasa.
b) Verbal
comprehensive
Kemampuan
mengungkapkan dengan tepat dan baik menggunakan tulisan, ataupun secara lisan.
Berhubungan dengan cara mempersepsikan sesuatu.
contoh: seorang
dosen yang dapat menjelaskan materi secara lisan dan dapat menuangkan ilmunya dengan
membuat modul yang berupa tulisan
c) Perceptual
Kemampuan
mengungkapkan dengan menggunakan gerak-gerik, mimik muka (non-verbal communication). Contoh: seorang psikolog yang sedang mengusut kasus
harus mampu membaca gerak-gerik pasiennya
d) Inductive
reasoning
Kemampuan
menilai dari khusus ke umum kemudian baru mengambil kesimpulan.
contoh: cowok
itu tindikan telinganya banyak. Rambutnya panjang di kuncir. Banyak tatto di badannya.
Cowok itu sangat playboy dan sering membuat keonaran. Dia adalah cowok nakal
e) Deductive
reasoning
Kemampuan
menilai dari umum ke khusus kemudian baru diambil kesimpulan.
contoh: cewek
itu matre. Dia selalu memilih pacar yang memiliki mobil pribadi, punya
perusahaan sendiri dan mampu membelikannya barang mewah.
f) Spatial
visualization
Kemampuan
memperkirakan jarak, lebar, tinggi, volume ruangan
contoh:
pembalap, driver (sopir) yang dapat memperkirakan jarak saat mengendarai
kendaraannya sehingga tidak bertabrakan dengan kendaraan lain.
g) Memory
Kemampuan
mengingat dan menghafal dalam kurun waktu yang lama
contoh:
programmer yang mampu menyusun formula dalam menciptakan program tanpa
melihat buku panduan.
- Kemampuan Fisik
Kemampuan yang berhubungan dengan kemampuan fisik.
Dibagi menjadi 9 kemampuan fisik :
a. Kekuatan
dinamis
Kemampuan menggerakkan otot secara berulang
contoh: atlet lari yang mampu berlari selama bermenit-menit untuk mencapai garis finish
b. Kekuatan
tubuh
Kemampuan menggunakan otot perut
contoh: pemanasan dalam bentuk sit-up
c. Kekuatan
statis
Kemampuan menggunakan otot untuk mengangkat objek
contoh: atlet angkat besi
d. Keluwesan
extent
Kemampuan meregang punggung sejauh mungkin
contoh: balerina
e. Keluwesan
dinamis
Kemampuan bergerak cepat
contoh: bartender yang menampilkan atraksi menuang
minuman ke dalam gelas dengan menggunakan teknik tertentu yang dapat menghibur
pengunjung
f. Koordinasi
tubuh
Kemampuan mengkoordinasikan tindakan serentak dari
bagian tubuh yang berlainan
contoh: drummer yang harus menggerakkan kedua
tangannya dan kakinya secara berirama
g. Keseimbangan
Kemampuan mempertahankan keseimbangan tubuh dalam
kurun waktu yang cukup lama
contoh: pemain sirkus yang menyebrangi jurang di atas tali hanya dengan
bantuan satu buah tongkat panjang dan tanpa alat pengaman
h. Stamina
Kemampuan untuk mempertahankan energi saat
melakukan aktifitas yang berkepanjangan
contoh: angkatan laut harus mampu mempertahankan
stamina saat menyebrangi laut (selat)
3. Proses Pembelajaran
(Learning Process)
Pengalaman yang dialami oleh setiap individu dalam melakukan
tindakannya dan menjadikan proses tersebut sebagai pelajaran untuk diperbaiki
lebih baik ke depannya.
Proses pembelajaran harus meliputi:
·
Adanya perubahan perilaku
(Albert
Einstein)
“Hanya orang
gila yang mengharapkan hasil berbeda namun melakukan cara yang sama”
Seseorang
dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan
perilakunya.
·
Sifat perubahannya bersifat permanen, tidak akan
kembali kepada keadaan semula.
·
Pembelajaran berlangsung terus menerus dan
berulang-ulang.
Ada empat teori proses belajar seseorang antara lain sebagai berikut:
1. Pengkondisian
klasik, yaitu jenis pembelajaran dimana individu merespon atas stimulus yang
dikondisikan sehingga menghasilkan respon yang baru. Dalam pengkondisian
klasik, ada 2 tipe respon dan 2 tipe stimulus, yaitu:
· Unconditional Stimulus= rangsangan (stimulus)
yang secara spontan menghasilkan respon tanpa ada proses pembelajaran terlebih
dahulu.
· Unconditional Response= respon yang terjadi
secara spontan saat individu menerima stimulus tanpa ada pembelajaran terlebih
dahulu.
· Conditional Stimulus= rangsangan yang
diciptakan/dikondisikan agar menghasilkan respon yang baru dari individu.
· Conditional Response= respon baru yang
dipelajari saat individu menerima stimulus yang dikondisikan.
contoh:
Seorang koki
yang terbiasa memegang pisau dan memotong masakan di dapur, suatu kali
mengalami kejadian yang tidak terlupakan. Saat koki tersebut menonton film
dimana ada adegan orang yang memotong urat nadinya dengan pisau, tidak lama
setelah itu koki tersebut melihat kejadian koki lain yang tangannya teriris
dengan pisau dan mengeluarkan banyak darah. Semenjak melihat kejadian itu, koki
yang dulunya terbiasa memegang pisau menjadi takut dan histeris setiap kali
melihat pisau yang tajam.
2. Pengkondisian
operant, yaitu proses belajar yang yang melibatkan penguatan atas perilaku yang
sudah ada (reward) atau bagaimana mengubah perilaku yang telah ada (punishment).
contoh:
Seorang siswa SD
yang mencapai prestasi yang baik akan diberikan hadiah, sehingga siswa akan
mengulangi prestasi tersebut dengan harapan mendapat hadiah lagi. Hadiah bisa
berupa benda, pujian ataupun tambahan nilai. (Reward)
Seorang siswa SD
yang terlambat dihukum untuk tidak boleh keluar selama jam istirahat, sehingga
siswa yang suka terlambat akan berusaha untuk tepat waktu sehingga bisa bermain
dengan teman-temannya saat istirahat. (Punishment)
3. Pengkondisian
social-learning, yaitu proses pembelajaran yang berdasarkan pengamatan dan
pengalaman individu terhadap lingkungannya. Jenis pembelajaran sosial ini
merupakan pengembangan dari pengkondisian operant, namun teori ini juga
mengakui adanya keberadaan persepsi individu sebagai faktor yang berperan dalam
merespon perubahan atas lingkungan.
contoh:
seorang anak
muda yang tidak pernah bermain sepak bola namun tinggal di perkampungan yang
mayoritas pemuda-pemudanya gila bola. Meskipun tidak biasa bermain sepak bola,
bukan berarti anak muda tersebut tidak bisa menendang bola. Seiring berjalannya
waktu karena masyarakat sekitarnya suka mengajaknya bermain dan suka nonton
pertandingan bola bersama, maka anak muda tersebut semakin terbiasa dan hebat
dalam bermain sepak bola.
4. Pengkondisian
shaping-behavior, yaitu suatu teknik pembelajaran yang membentuk perilaku baru
melalui penguatan yang dilakukan atas dasar pengaruh dari kelompok/komunitas terdekat.
contoh:
Seorang anak
yang tinggal di lingkungan keluarga yang kurang perhatian dan sering
diremehkan, dianggap tidak berguna akan membentuk pola perilaku anak yang tidak
PD dan kurang bersosial. Kebiasaan tidak PD dan kuper tersebut membuat anak tersebut
menjadi culun sehingga di lingkungan sekolah maupun teman-temannya juga
mem-bully anak tersebut. Hal itu menjadi penguatan bagi sang anak yang di-bully
bahwa perkataan keluarganya tentang dirinya yang tidak berguna itu benar,
sehingga semakin membentuk keyakinan dirinya yang negatif.
Ada beberapa
faktor dari lingkungan eksternal yang mendukung terjadinya pengkondisian
shaping behavior, hal itu disebut dengan teori penguatan (reinforcement). Ada
empat pendekatan utama dalam teori reinforcement, yaitu:
· Positive reinforcement, seperti halnya bonus
atau komisi yang sangat memotivasi karyawan di lingkungan kerja.
· Negative reinforcement, misalkan: karyawan yang
tidak senang dimonitor saat melakukan pekerjaannya. Jika karyawan tersebut
melakukan pekerjaan mereka dengan standar yang ada, maka mereka tidak akan
dimonitor lagi. Penghapusan sistem monitor adalah bentuk hadiah atas pekerjaan
yang dilakukan dengan baik oleh karyawan.
· Punishment, contohnya adalah seorang karyawan
yang cerewet dan lalai dalam mengerjakan tugasnya akan ditegur dan mendapatkan
sanksi, sehingga karyawan bisa memilih untuk tetap mendapatkan hukuman atas
kelalaiannya atau mengurangi perilaku yang dapat menyebabkan hukuman
berikutnya.
· Extinction, terkait dengan contoh diatas,
seorang pimpinan yang mengetahui bahwa karyawannya suka ngobrol selama jam
kerja dengan karyawan lainnya diluar pembahasan bisnis, maka bos tersebut
membuat aturan dilarang melakukan pembicaraan selain tentang pekerjaan selama
jam kerja dan bagi yang melanggar akan dipotong gajinya. Hal yang dilakukan ini
menghapuskan perilaku yang tidak diharapkan oleh perusahaan meskipun
menghilangkan apa yang menjadi kesenangan karyawan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar