Persepsi merupakan proses yang terjadi di
dalam diri individu yang dimulai dengan diterimanya rangsang, sampai rangsang
itu disadari dan dimengerti oleh individu sehingga individu dapat mengenali
dirinya sendiri dan keadaan di sekitarnya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi:
2. Faktor Struktural
Berarti bahwa faktor-faktor tersebut
timbul atau dihasilkan dari sistem syaraf individu.
3. Faktor Situasional
Banyak berkaitan dengan bahasa nonverbal.
4. Faktor Personal
Terdiri atas pengalaman,motivasi,dan
kepribadian.
Faktor Internal yang mempengaruhi
persepsi, yaitu faktor-faktor yang terdapat dalam diri individu, yang mencakup
beberapa hal antara lain :
· Perhatian. Individu memerlukan sejumlah
energi yang dikeluarkan untuk memperhatikan atau memfokuskan pada bentuk fisik
dan fasilitas mental yang ada pada suatu obyek. Energi tiap orang berbeda-beda
sehingga perhatian seseorang terhadap obyek juga berbeda dan hal ini akan
mempengaruhi persepsi terhadap suatu obyek.
· Minat. Persepsi terhadap suatu obyek
bervariasi tergantung pada seberapa banyak energi atau perceptual vigilance
yang digerakkan untuk mempersepsi. Perceptual vigilance merupakan kecenderungan
seseorang untuk memperhatikan tipe tertentu dari stimulus atau dapat dikatakan
sebagai minat.
· Kebutuhan yang searah. Faktor ini dapat
dilihat dari bagaimana kuatnya seseorang individu mencari obyek-obyek atau
pesan yang dapat memberikan jawaban sesuai dengan dirinya.
· Pengalaman dan ingatan. Pengalaman dapat
dikatakan tergantung pada ingatan dalam arti sejauh mana seseorang dapat
mengingat kejadian-kejadian lampau untuk mengetahui suatu rangsang dalam
pengertian luas.
· Suasana hati. Keadaan emosi mempengaruhi
perilaku seseorang, mood ini menunjukkan bagaimana perasaan seseorang pada
waktu yang dapat mempengaruhi bagaimana seseorang dalam menerima, bereaksi dan
mengingat.
Faktor Eksternal yang mempengaruhi
persepsi, merupakan karakteristik dari linkungan dan obyek-obyek yang terlibat
didalamnya. Elemen-elemen tersebut dapat mengubah sudut pandang seseorang
terhadap dunia sekitarnya dan mempengaruhi bagaimana seseoarang merasakannya
atau menerimanya. Sementara itu faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi
persepsi adalah :
· Ukuran dan penempatan dari obyek atau
stimulus. Faktor ini menyatakan bahwa semakin besrnya hubungan suatu obyek,
maka semakin mudah untuk dipahami. Bentuk ini akan mempengaruhi persepsi
individu dan dengan melihat bentuk ukuran suatu obyek individu akan mudah untuk
perhatian pada gilirannya membentuk persepsi.
· Warna dari obyek-obyek. Obyek-obyek yang
mempunyai cahaya lebih banyak, akan lebih mudah dipahami (to be perceived)
dibandingkan dengan yang sedikit.
· Keunikan dan kekontrasan stimulus.
Stimulus luar yang penampilannya dengan latarbelakang dan sekelilingnya yang
sama sekali di luar sangkaan individu yang lain akan banyak menarik perhatian.
· Intensitas
dan kekuatan dari stimulus. Stimulus dari luar akan memberi makna lebih bila
lebih sering diperhatikan dibandingkan dengan yang hanya sekali dilihat.
Kekuatan dari stimulus merupakan daya dari suatu obyek yang bisa mempengaruhi
persepsi.
· Motion atau gerakan. Individu akan banyak
memberikan perhatian terhadap obyek yang memberikan gerakan dalam jangkauan
pandangan dibandingkan obyek yang diam.
TEORI YANG MENDASARI PERSEPSI
INDIVIDU
Teori Atribusi adalah teori yang
mengamati suatu perilaku individu dan menentukan perilaku tersebut apakah
berasal dari faktor internal atau eksternal .
Contoh: seorang teman sekolah yang
dulu akrab dan baik sama kita. 10 tahun kemudian saat bertemu dengannya, dia
menjadi preman. Tentunya kita berpikir karena faktor lingkungan dan
teman-temannya yang mempengaruhi dia menjadi seorang preman.
Menurut teori atribusi, keberhasilan
atau kegagalan seseorang dapat dianalisis dalam tiga karakteristik, yakni:
·
· Penyebab keberhasilan atau kegagalan mungkin internal atau
eksternal. Artinya, kita mungkin berhasil atau gagal karena faktor-faktor yang
kita percaya memiliki asal usul mereka di dalam diri kita atau karena faktor
yang berasal di lingkungan kita.
·
· Penyebab keberhasilan atau kegagalan seseorang dapat berupa stabil
atau tidak stabil. Maksudnya, jika kita percaya penyebab stabil maka hasilnya
mungkin akan sama jika melakukan perilaku yang sama pada kesempatan lain.
·
· Penyebab keberhasilan atau kegagalan dapat berupa dikontrol atau
tidak terkendali. Faktor terkendali adalah salah satu yang kami yakin kami
dapat mengubah diri kita sendiri jika kita ingin melakukannya. Adapun factor
tak terkendali adalah salah satu yang kita tidak percaya kita dengan mudah
dapat mengubahnya.
Faktor yang mempengaruhi Teori
Atribusi
·
· Kekhususan : individu yang memperlihatkan perilaku yang berbeda
dalam situasi yang berbeda. Contoh : perilaku si A yang bertemu dengan
pacarnya berbeda dengan perilaku A yang bertemu dengan teman-temannya
·
· Konsensus :
yaitu jika setiap orang yang menghadapi situasi serupa bereaksi dengan cara
yang sama. Contoh : Si A adalah polisi dan si B adalah seorang anak muda yang
baik dan suka menolong. Suatu hari ada pencurian terhadap si C , ketika si C
berteriak reaksi yang dikeluarkan Si A dan B sama yaitu menolong si C
·
· Konsistensi : apakah seseorang memberikan reaksi yang sama dari
waktu ke waktu. Contoh : orang tua akan mendidik anaknya yang 1 sama
dengan anaknya yang ke 2 agar semakin bertambah dewasa semakin lebih baik
perilaku mereka
Faktor-faktor
yang biasa digunakan dalam menilai orang lain :
1. Selective
Perception: proses
dimana individu merasakan apa yang mereka inginkan dalam pesan media dan
mengabaikan sudut pandang yang berlawanan
Contoh : Manusia pada dasarnya
mempersepsi dunia secara selektif, dan itu sangat tergantung pada sikap yang
kita bangun mengenai dunia. Sebagai contoh, kalau kita memang sudah percaya
bahwa Si A itu jahat, maka setiap kali kita bertemu dengan Si A, kita akan cenderung
memberi perhatian terhadap hal-hal dalam diri orang itu yang akan mengukuhkan
ketidaksukaan kita. Kita mengabaikan hal-hal baik mengenai dirinya, bahkan
ketika ada orang lain yang menyatakan pendapat lain tentangnya.
2. Halo
effect: penilaian
seseorang berdasarkan pendapat pribadi yang dilakukan secara sepintas/singkat
dipengaruhi oleh penampilan pertama atau kesan pertama yang melekat pada orang
yang dinilai. Halo effect ini dapat mempengaruhi evaluasi dan estimasi
penilaian seseorang kepada orang yang dinilai.
Halo effect
seorang pewawancara/intervier calon pekerja
· Pewawancara dalam mewawancarai calon pekerja tidak
mempunyai cukup informasi mengenai diri pelamar
· Pewawancara tidak fokus kepada materi yang dibutuhkan untuk mendapat
informasi banyak tentang diri pelamar
· Pewawancara
mengkedepankan pendapat pribadi dalam menilai pelamar sehingga terpengaruh oleh
kesan pertama dan atau melihat apa yang melekat pada diri pelamar
Contoh : pewawancara terkesan pada pandangan pertama yaitu cara
berbicara/berdiplomasi, cara berpakaian, dan atau penampilan fisik cantik atau
ganteng. Pendapat pribadi ini terkesan terburu-buru sehingga tidak fokus pada
estimasi yang dibutuhkan, yang dapat mempengaruhi penilaian seorang
pewawancara/intervier dalam menentukan pilihannya.
Halo effect seorang atasan/user kepada bawahannya
· Atasan dalam menilai bawahannya/staffnya berdasarkan
pendapat pribadi yaitu melihat sumber rekomendasi pekerja, hal ini dapat berakibat
penilaian menjadi positif atau negatif pada diri pekerja
· Penilaian atasan dipengaruhi oleh kedekatan pribadi dengan atasan/penilai
· Penilaian atasan berpengaruh pada kebaikan masa lalu atau kesalahan masa
lalu
· Penilaian
atasan dipengaruhi oleh penampilan pertama yaitu sikap ramah yang terkesan
penurut, cara berbicara/diplomasi dan cara berpakaian.
Contoh : atasan menilai bawahannya yang dipengaruhi oleh perasaan senang atau
tidak senang terhadap bawahannya sehingga penilaian mempengaruhi pengukuran
prestasi kerja pekerja yang berakibat penilaian tidak objektif, yang berarti
dapat lebih baik atau lebih buruk
Pewawancara calon pekerja dapat menghindarkan halo
effect
· Pewawancara harus mengkedepankan niat baik yaitu
menilai secara jujur, tegas, sesuai kebutuhan dan standar yang sudah
ditentukan.
· Pewawancara menyadari bahwa dia bertugas menggali dan mengumpulkan
informasi sebanyak mungkin dari diri pelamar
· Sebelum terjadi wawancara, pewawancara mempersiapkan dan mempunyai
informasi yang cukup tentang diri pelamar
· Dalam wawancara, apabila ada informasi yang kurang jelas, maka seorang
pewawancara dapat meminta penjelasan mengenai hal-hal yang dianggap tidak
jelas.
Seorang atasan/user dapat terhindar dari halo effect
· Apabila perusahaan mempunyai standar penilaian
prestasi kerja lengkap, dapat dipertanggung jawabkan secara jelas dan terukur.
· Atasan mematuhi standar ukuran disiplin kerja
· Atasan mematuhi standar ukuran penilaian kemampuan dan ketrampilan kerja
· Atasan mematuhi standar sikap pekerja baik terhadap atasan, pekerjaan dan
perusahaan/lingkungannya.
3. Contrast
effect: Evaluasi atas karakteristik seseorang yang dipengaruhi oleh
perbandingan dengan orang lain yang baru saja dijumpai yang berperingkat lebih
rendah pada karakteristik yang sama
Contoh: beberapa departemen SDM
telah memperhatikan penyelia pria boleh jadi memberikan penilaian rendah yang
tidak semestinya diberikan pada perempuan yang memegang pekerjaan atau jabatan
yang secara tradisi dipegang kaum laki-laki. Kadang-kadang para penilai tidak
sadar akan prasangkanya, dan hal ini membuat bias lebih sulit untuk dibatasi.
Meskipun demikian, para ahli hendaknya memberi perhatian dalam membuat pola
penilaian tanpa adanya unsur prasangka. Prasangka akan mengabaikan penilaian
efektif dan dapat melanggar hukum antidiskriminasi. Hal ini akan melanggar
persamaan hak dalam pekerjaan.
4. Projection:
mengarahkan
emosi kepada orang lain.
Contoh : Seringkali saat kita
merasa jengkel atau marah ketika menjumpai orang lain yang sedang stress dalam pekerjaannya
yang tidak mengacuhkan kita, kemudian kita pun langsung memberikan tuduhan
bahwa orang itu marah terhadap kita karena saat diajak berbicara tidak
merespon.
5. Stereotyping:
Menilai seseorang atas dasar persepsi seorang terhadap kelompok seseorang itu
Contoh : ada seseorang yang
sering terlihat bergabung dalam perkumpulan geng mobil yang cukup terkenal di
kotanya, maka anak itu akan dianggap selevel ataupun memiliki jenis mobil
pribadi yang sama dengan kumpulannya, padahal belum tentu orang tersebut
memiliki mobil yang sama.
Aplikasi
yang specific dari organisasi dalam menilai calon pekerjanya
· Interview
pekerja (wawancara) : pada bagian ini wawancara sering membuat penilaian
perseptual yang tidak akurat
· Eksepktasi
performa ( pengharapan kinerja) : ada banyak bukti menunjukan bahwa individu
akan berusaha untuk mengesahkan persepsi mereka tentang kenyataan, bahkan
ketika persepsi tersebut salah
· Pembentukan
Profil (suku and etnis) : pembentukan stereotip dimana satu kelompok individu
dipilih biasanya berdasarkan rasa tau etnis untuk penyelidikan intensif,
inspeksi ketat atau investigasi
· Penilaian
kinerja : penilaian kinerja sangatt bergantung pada proses pengiterpretasian.
Masa depan seorang karyawan berhubungan erat dengan penilaian promosi, kenaikan
bayaran dan kelanjutan pekerjaan merupakan beberapa hasil yang paling nyata
· Employee
Effort : penilaian terhadap upaya ini sering merupakan suatu pertimbangan
subjektif yang rawan terhadap distosi – distorsi dan prasangka perseptual.
Pengambilan keputusan manajerial
secara rasional itu mengasumsikan bahwa keputusan itu dibuat demi kepentingan
ekonomi terbaik organisasi tersebut. Artinya, si pengambil keputusan itu
diasumsikan memaksimalkan kepentingan organisasi tersebut, bukan kepentingannya
sendiri.
Pengambilan keputusan manajerial
dapat mengikuti pengasumsian rasional jika syarat-syarat berikut ini dipenuhi:
manajer itu dihadapkan pada masalah sederhana yang sasarannya jelas dan
alternative-alternatifnya terbatas, dimana tekanan waktu sangat sedikit dan
biaya untuk mencari dan mengevaluasi alternative itu rendah, yang mana budaya
organisasinya mendukung inovasi dan pengembalian resiko, dan dimana
hasil-hasilnya relative konkrit dan dapat di ukur. Tetapi keputusan-keputusan
yang dihadapi para manajer di dunia nyata tidak memenuhi semua uji itu.
Contoh :
jika seseorang dihadapkan dengan 2
pilihan produk, produk A menawarkan harga yang tidak terlalu mahal dengan
kualitas barang yang tinggi sedangkan produk B menawarkan harga yang sangat
murah dengan kulaitas barang yang rendah pula, konsumen yang dihadapkan pada 2
pilihan ini cenderung akan memilih produk A dengan harga yang relative murah dengan
kualitas yang tinggi dibanding produk B yang kualitasnya produknya rendah
walaupun dengan harga murah.
Pengambilan keputusan yang
berdasarkan logika ialah suatu studi yang rasional terhadap semuan unsur pada
setiap sisi dalam proses pengambilan keputusan. Pada pengambilan keputusan yang
berdasarkan rasional, keputusan yang dihasilkan bersifat objektif, logis, lebih
transparan, konsisten untuk memaksimumkan hasil atau nilai dalam batas kendala
tertentu, sehingga dapat dikatakan mendekati kebenaran atau sesuai dengan apa
yang diinginkan. Pada pengambilan keputusan secara logika terdapat beberapa hal
yang perlu diperhatikan, yaitu :
· kejelasan masalah
· orientasi tujuan : kesatuan
pengertian tujuan yang ingin dicapai
· pengetahuan alternatif :
seluruh alternatif diketahui jenisnya dan konsekuensinya
· preferensi yang jelas :
alternatif bisa diurutkan sesuai criteria
· hasil maksimal : pemilihan
alternatif terbaik didasarkan atas hasil ekonomis yang maksimal
RASIONAL TERBATAS
Perilaku yang rasional berdasarkan
parameter proses pengambilan keputusan yang disederhanakan, yang dibatasi
(dipagari) oleh kemampuan seseorang untuk memproses informasi. Para manajer
mengetahui bahwa pengambilan keputusan yang “baik” diandaikan melakukan hal-hal
tertentu: mengidentifikasi masalah, mempertimbangkan, berbagai alternative,
mengumpulkan informasi, dan bertindak secara tegas, namun berhati-hati. Para
manajer, dengan demikian, diharapkan menampilkan perilaku pengambilan keputusan
yang benar. Dengan berbuat begitu, para manajer memberi isyarat kepada atasan,
rekan sejawat, dan bawahan mereka bahwa mereka itu kompeten dan bahwa keputusan
mereka merupakan hasil pertimbangan yang cerdas dan rasional.
Proses Pengambilan Keputusan Rasional
Ada enam langkah dalam model
pengambilan keputusan yang rasional, yaitu :
1. Menetapkan masalah,
2. Mengidentifikasi kriteria
keputusan,
3. Mengalokasikan bobot pada
kriteria,
4. Mengembangkan alternatif,
5. Mengevaluasi alternatif, dan
6. Memilih alternatif terbaik.
Model pengambilan keputusan yang
rasional diatas mengandung sejumlah asumsi, yaitu :
· Kejelasan masalah : pengambil keputusan
memiliki informasi lengkap sehubungan dengan situasi keputusan.
· Pilihan-pilihan diketahui :
pengambil keputusan dapat mengidentifikasi semua kriteria yang relevan dan
dapat mendaftarkan semua alternatif yang dilihat.
· Pilihan yang jelas : kriteria dan
alternatif dapat diperingkatkan sesuai pentingnya.
· Pilihan yang konstan : kriteria
keputusan konstan dan beban yang ditugaskan pada mereka stabil sepanjang waktu.
· Tidak ada batasan waktu dan biaya :
sehingga informasi lengkap dapat diperoleh tentang kriteria dan alternatif.
· Pelunasan maksimum: alternatif yang
dirasakan paling tinggi akan dipilih.
STUDI KASUS
Kasus yang menimpa Bibit dan Chandra
pada saat ini sedang menjadi sorotan public. Semua lapisan masyarakat mulai
dari masyarakat sipil, kalangan akademis hingga kalangan elit politik
membicarakan kasus tersebut. Kasus ini melibatkan pihak-pihak yang berada pada
posisi-posisi strategis dalam ranah hukum di Indonesia yakni Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK), POLRI, dan Kejaksaan Agung. Semakin hari kasus ini
terus berkembang hingga menyebabkan masyarakat memiliki persepsi bahwa kasus
tersebut melibatkan institusi bukan pihak-pihak yang terlibat di dalamnya.
Kisruh ini dapat diibaratkan seperti benang kusut. Antara Polri dan KPK pun
terus saling menjatuhkan dan merasa berada di pihak yang benar. Kasus ini
menuai banyak menuai pro dan kontra, banyak orang yang menaruh simpati pada
Bibit-Chandra. Mereka menganggap bahwa kasus ini adalah sebuah konspirasi untuk
menjatuhkan atau upaya untuk melemahkan KPK yang selama ini aktif memburu para
koruptor di negeri ini.
Karena kasus tersebut tak kunjung
selesai dan semakin berlarut-larut, membuat Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
sebagai kepala Negara ikut mencoba menyelesaikan masalah ini dengan
menggunaakan wewenangnya untuk membentuk Tim Pencari Fakta (TPF). KEPUTUSAN
Presiden untuk membentuk tim independen tersebut merupakan hasil pertemuan
antara presiden dengan tokoh masyarakat pada hari Minggu (1/11) malam di wisma
Negara.
Selain karena wewenang yang
dimilikinya, presiden membentuk TPF pun berdasarkan fakta yang ada. Situasi
seperti ini tidak baik bagi keberlangsungan KPK sebagai tonggak pemberantasan
korupsi dan tidak baik pula untuk kehidupan bangsa dan Negara karena
adanya mistrust dan distrust bukan hanya terhadap hukum di Indonesia tetapi
juga kredibilitas Polri, Jaksa, dan KPK. Kemudian selain dua alasan yang
melatarbelakangi presiden membentuk TPF, terdapat alasan lainnya yakni
berdasarkan rasional yang ada, dimana presiden berharap dengan dibentuknya TPF
dapat segera menyelesaikan kasus ini dengan transparan dan public dapat
mengetahui fakta yang sesungguhnya.
contoh kasus yang menimpa
Bibit-Chandra, yang pada intinya Presiden Republik Indonesia mengambil
keputusan untuk membentuk Tim Pencari Fakta (TPF). Pengambilan keputusan
yang dilakukan oleh Presiden berdasarkan pada wewenang yang dimiliki, rasional
, dan fakta yang terjadi. Hal tersebut sesuai dengan dasar teori pengambilan
keputusan.
PENYIMPANGAN DAN KESALAHAN UMUM PADA
PERSEPSI KOGNITIF
·
· Overconfidence Bias
Kepercayaan yang berlebihan pada
pilihan dan keputusan pribadi.
Contoh: remaja yang
baru 2-3x berlatih mengendarai motor, telah yakin dengan kemampuannya membawa
sepeda motor dengan cepat, justru berakibat terhadap keselamatannya di jalan.
·
· Anchoring Bias
Kecenderungan untuk terlalu
bergantung pada referensi masa lalu atau pada salah satu sifat atau sepotong
informasi ketika membuat keputusan.
Contoh: seorang
interviewer yang mempunyai ekspektasi tinggi terhadap pelamar, maka pelamar
tersebut cenderung mendapatkan wawancara yang lebih positif, sebaliknya jika
interviewer tidak merasa sreg dengan seorang kandidat sejak awal, ia akan
mewawancara dengan asal-asalan.
·
· Confirmation Bias
Kecenderungan untuk mencari atau
menafsirkan informasi dengan cara memastikan prasangka seseorang. Contoh:
seseorang interviewer yang melakukan wawancara terhadap pelamar, namun telah
memiliki penilaian/asumsi sendiri terhadap kandidat sehingga interviewer
menjadi kurang terbuka untuk melihat kemampuan lain yang dimiliki oleh
kandidat.
·
· Availability Bias
Kecenderungan untuk memutuskan/memilih
sesuatu berdasarkan pada informasi yang sudah tersedia.
Contoh: seorang
investor yang membuat keputusan berdasarkan apa yang diingatnya sehingga tidak
menyeluruh dalam melakukan analisis untuk membuat keputusan keuangan.
Misalkan begini: para karyawan akan lebih mempercayai dan membeli saham-saham
dari perusahaan tempat mereka bekerja karena berkeyakinan bahwa mereka lebih
tahu dan sudah familiar dengan perusahaan tersebut.
·
· Escalation of Commitment
Sikap mempertahankan sebuah
keputusan meskipun terdapat bukti nyata bahwa keputusan tersebut salah.
Contoh: seorang
yang gila judi dan pernah sekali mengalami keuntungan besar dari judi. Kemudian
melakukan judi seterusnya, meskipun berkali-kali gagal dan rugi, namun tetap
melanjutkan perjudian tersebut dengan keyakinan bahwa akan mendapat uang besar
lagi.
·
· Hindsight Bias
Kecenderungan seseorang untuk
berpura-pura yakin bahwa ia telah memprediksi hasil dari sebuah peristiwa
secara akurat, setelah hasil tersebut benar-benar diketahui. Contoh:
penduduk yang tinggal didaerah dekat gunung berapi segera mengungsi begitu
mendapatkan informasi adanya prediksi gunung yang akan meletus di daerah mereka
tinggal.
PEMBATAS ORGANISASI DALAM
PENGAMBILAN KEPUTUSAN
·
· Evaluasi Kinerja
Contoh: seorang
guru yang ingin mendapatkan evaluasi yang bagus akan meluluskan banyak murid
dan tidak menggagalkan lebih banyak murid.
·
· Sistem Reward
Contoh: perusahaan
yang menerapkan sistem penghargaan bagi karyawan yang berprestasi akan
meningkatkan kemampuan karyawan tersebut dalam mengambil keputusan yang baik
dan cenderung memperhatikan resiko dari keputusan yang diambil.
·
· Peraturan Formal
Contoh: beberapa
restoran yang memberikan peraturan formal mengenai prosedur pembuatan beberapa
jenis makanan menyebabkan para koki tidak bisa berkreasi/melakukan variasi yang
lain saat memasak masakan tersebut karena ada peraturan yang membatasi
·
· Kendala Waktu
Contoh: pekerjaan
yang diberikan deadline/tenggat waktu untuk diselesaikan menyebabkan seseorang
akan memutuskan untuk menyelesaikan dengan cepat tanpa menunda.
·
· Preseden Sejarah (keputusan yang telah dibuat pada kejadian di
masa lalu menjadi bayang-bayang dalam pengambilan keputusan ke depan)
Contoh: seorang
yang telah menikah dan bercerai lebih berhati-hati dalam memutuskan pasangan
hidup berikutnya yang akan dinikahi.
KERANGKA ETIS UNTUK PENGAMBILAN
KEPUTUSAN
·
· Utilitarian
Mengambil keputusan berdasarkan
manfaat untuk kelompok mayoritas.
Contoh: program
siaran televisi seperti Indonesian Idol yang menggunakan sistem vote melalui
sms merupakan bentuk pengambilan keputusan untuk mengeliminasi peseta yang
memiliki rate terendah dalam vote. Hal ini bisa menjadi hal yang
positif/negatif tergantung dari tiap individu.
·
· Rights
Mengambil keputusan didasarkan
kepada hak yang dimiliki oleh tiap individu
Contoh: seorang
saksi pembunuhan memiliki hak untuk dilindungi sebagai saksi dalam pengadilan
terhadap tersangka pembunuhan.
·
· Justice
Melakukan pengambilan keputusan
berdasarkan peraturan yang baik dan adil.
Contoh: pekerja
lokasi memiliki penghasilan yang lebih rendah dibanding CEO. Meskipun terlihat
bahwa orang yang bekerja di lokasi lebih menguras tenaga dan bekerja lebih
keras secara fisik dibanding CEO, namun hal tersebut merupakan pembagian yang
adil. Karena seorang CEO mampu menghasilkan keputusan yang berdampak besar
terhadap keseluruhan perusahaan dan seorang CEO memiliki tanggung jawab yang
lebih tinggi terhadap perusahaan dibandingkan dengan pekerja lokasi.