Senin, 17 Maret 2014

PERSONALITY AND EMOTION

KEPRIBADIAN
Kepribadian adalah keseluruhan sikap, perasaan, ekspresi, temperamen, ciri-ciri khas dan prilaku seseorang. Sikap, perasaan, ekspresi dan tempramen itu akan terwujud dalam tindakan seseorang jika dihadapkan pada situasi tertentu. Setiap orang mempunyai kecenderungan perilaku yang baku, atau berlaku terus menerus secara konsisten dalam menghadapai situasi yang dihadapi, sehingga menjadi ciri khas pribadinya.

5 MODEL DIMENSI KEPRIBADIAN:

(O) OPENESS TO EXPERIENCE - Mempunyai sikap terbuka
Golongan yang berada dalam kumpulan ini mempunyai sikap terbuka terhadap sesuatu idea atau pendapat. Di samping itu mereka tertarik pada pengalaman  baru. Bagi golongan ini dunia ini merupakan “Tempat Pembelajaran”, dan setiap pengalaman dipelajari sepenuhnya.

Mereka mempunyai sifat ingin tahu (intellectually curious) yang begitu mendalam. Mereka suka pada sesuatu benda yang cantik dan menghargai kesenian. Golongan ini juga lebih peka terhadap emosi mereka dan suka membandingkan diri mereka dengan orang yang terdekat dengan mereka. Mereka bertindak dan berfikir secara cara tersendiri (individualistic) dan dalam cara yang kurang berkonfrontasi.

Orang yang kurang mempunyi sifat dominan dalam ciri ini mempunyai daya presepsi dan pemikiran yang dangkal, lebih suka pada sesuatu yang terus terang dan kurang kompleks, dan memiliki tangapan (prasangka) atau kekhawatiran (wasangka) yang salah tentang perkara yang berkaitan dengan seni dan sains. Golongan ini lebih bersifat konservatif dan tidak suka pada perubahan khususnya yang drastik.

Kajian juga menunjukkan bahawa golongan yang berfikiran terbuka ini lebih cenderung untuk memasuki bidang pekerjaan seperti pegawai polis , bahagian pemasaran dan jualan dan amat bagus dalam bidang-bidang ini.

(C) CONSCIENTIOUSNESS - Mempunyai kesadaran
sikap untuk menilai kemampuan individu didalam organisasi, baik mengenai ketekunan dan motivasi dalam mencapai tujuan sebagai perilaku langsungnya. Sebagai lawannyamenilai apakah individu tersebut tergantung, malas dan tidak rapi

(E) EXTROVENT - Bersifat sosial (suka bergaul)
Golongan ini biasanya bersikap “out going” , enerjik, dan bersikap positif. Individu yang tergolong dalam kumpulan ini mempunyai perhatian lebih kepada orang disekitarnya daripada dirinya sendiri. Bagi golongan ini, dunia ini merupakan “Taman Permainan”. Semasa berada didalam kumpulan mereka, mereka suka sangat bercakap, menilai diri mereka dan mendapat perhatian.

(A) AGREEABLE - Berpendapat sama (senang mencapai persetujuan)
sikap menilai kualitas orientasi individu dengan kontinum nilai dari lemah lembut sampai antagonis didalam berpikir, perasaan dan perilaku. Dimensi ini merujuk kepada kecenderungan seseorang untuk tunduk kepada orang lain.

(N) NEUROTICISM - Bersifat neurotik (Mempunyai gangguan emosi)
Seseorang yang biasa memiliki pandangan negatif, mempunyai emosi yang reaktif. Dikatakan demikian kerana seseorang tersebut bertindak dengan lebih emosi terhadap sesuatu perkara atau peristiwa yang pada padangan atau response orang lain adalah biasa.

Mereka lebih tercenderung untuk memandang sesuatu situasi yang normal sebagai mengancam nyawa dan kekecewaan yang kecil dalam hidup mereka sebagai sesuatu yang sangat susah.Disebabkan emosi-emosi yang negatif ini berpanjangan, pada kebiasaannya golongan ini tertekan sepanjang masa. Disebabkan oleh faktor-faktor ini, golongan ini tidak dapat berfikir secara logik.


Komponen utama kepribadian yang mempengaruhi PERILAKU ORGANISASI, yaitu sbb:
• Locus of Control yaitu keyakinan seseorang mengenai apa yang menjadi penyebab hal baik dan buruk yang terjadi dalam kehidupannya. Ada dua jenis locus of control, yaitu:
1. Locus of Internal
Orang dengan locus internal yang dominan beranggapan bahwa keberhasilan dan kegagalannya dalam bidang-bidang yang dia hadapi adalah karena usaha yang dilakukan dirinya sendiri, bukan karena orang lain. Contoh:
Seorang mahasiswa belajar giat untuk menghadapi ujian akhir dan kemudian mendapat nilai jelek. Dia menganggap bahwa kegagalan itu adalah akibatnya tidak belajar sungguh-sungguh, sehingga dia terus menyalahkan dirinya. Padahal memang ujian kali itu sangat susah dan seluruh kelas mendapatkan nilai jelek.
2. Locus of External
Sebaliknya orang dengan locus external akan lebih easy going, rileks, menikmati kehidupannya dan membiarkannya mengalir seperti apa adanya. Orang dengan tipe ini lebih mempercayai takdir, nasib baik, dan faktor-faktor luar lainnya yang mempengaruhi baik keberhasilan maupun kegagalannya. Contoh:
Seorang anak kecil yang berkelahi dan merebutkan mainan, anak itu menyalahkan temannya karena mainannya diambil, meskipun mainan tersebut bukan miliknya.


• Machiavellianism yaitu keyakinan bahwa seseorang dapat memanipulasi orang lain untuk memperoleh keuntungan pribadi dalam berkompetisi. Contoh:
seorang Manajer yang memanfaatkan anak buahnya untuk membuat nota palsu saat melakukan transaksi untuk pembelian inventaris perusahaan.

• Self Esteem and Self Monitoring

Self Esteem yaitu bagaimana seseorang menilai dirinya sendiri.
Self Monitoring yaitu bagaimana seseorang mengamati lingkungannya, mengukurnya dan beradaptasi terhadap situasi tersebut. Kemampuan self monitoring terbagi menjadi dua:

Pertama, yang disebut dengan chameleon type, peka terhadap situasi eksternal dan kemudian dengan segera mampu menyesuaikan diri. Contoh:
Rizka adalah seorang ibu rumah tangga yang mempunyai anak dan juga bekerja sebagai polwan. Saat di rumah, Rizka bersikap lembut dan sabar terhadap anak-anaknya yang masih kecil, namun saat bertugas sebagai polwan, Rizka harus bersikap tegas dan keras kepada masyarakat.

Kedua adalah true to themself type, apapun situasinya seseorang akan berpegang pada apa yang diyakininya perlu dilakukan, dalam hal ini fokus pada diri sendiri lebih kuat. Contoh:
Budi adalah seorang yang pekerja keras dan jujur dalam bekerja. Saat bekerja sebagai Teller di bank, dia selalu menyelesaikan semua tugasnya dengan baik dan jujur. Hingga sekarang dia menjabat sebagai General Manager, Budi masih bekerja keras hingga lembur bahkan meskipun mendapat kesempatan untuk menggelapkan uang perusahaan, Budi tetap bertindak jujur.

• Risk Taking
Pengambilan resiko adalah suatu kepribadian yang mengukur dampak berapa lama seseorang memerlukan waktu dalam mengambil keputusan dan beberapa informasi yang mereka perlukan sebelum mengambil keputusan. Pengambilan resiko sangat terkait dengan perilaku suatu organisasi. Seorang pengusaha/pedagang dituntut untuk berani dan cepat dalam mengambil resiko. Berbeda dengan pekerjaan administratif yang cenderung jarang mengambil resiko karena sifat pekerjaannya yang sistematis dan sudah terstruktur.
Contoh:
Perusahaan X sudah berdiri sekian lama dan merupakan perusahaan yang maju, saat dalam kondisi terdesak, Manajer/Pimpinan cenderung mengambil keputusan dengan penuh pertimbangan yang melalui proses pengecekan, karena skala organisasi yang besar dan situasi di dalamnya yang stabil. Berbeda dengan perusahaan yang masih berkembang, ketika dalam kondisi terdesak, perusahaan cenderung mengambil keputusan dengan cepat, tanpa melalui proses pengecekan yang panjang karena skala organisasi yang masih kecil dan situasi didalamnya yang labil dan chaos.

• Personality Types
Kepribadian proaktif adalah sikap yang cenderung oportunis, berinisiatif, berani bertindak, dan tekun hingga berhasil mencapai perubahan yang berarti. Pribadi proaktif tidak menunggu respon dari luar, namun menciptakan perubahan positif dalam lingkungan tanpa mempedulikan batasan dan halangan. Contoh:
Ada 2 orang yang bekerja di perusahaan yang sama, sebut saja Ali dan Budi. Ali adalah seorang pekerja keras dan proaktif. Baginya bekerja bukan hanya sekedar menyelesaikan pekerjaan rutin, tetapi juga media pembelajaran untuk melangkah ke jenjang berikutnya yang lebih baik. Sedangkan B adalah seorang pemalas yang sekedar mengerjakan apa yang diperintahkan, bahkan cenderung selalu menghindari tanggung jawab. B memiliki persepsi bahwa tugas dan pekerjaan adalah beban yang harus dihindari sebisa mungkin. Dia tidak pernah berusaha mengembangkan diri atau bersikap proaktif.
Akibatnya, pada saat penilaian kinerja, A memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan B. Berikutnya, manajemen dan departemen-departemen lain di perusahaan tersebut mengetahui perbedaan kinerja dan karakter kedua pekerja ini. Hasilnya dapat dengan mudah ditebak, pencapaian karir A jauh lebih baik dibandingkan dengan B.


ACHIEVING PERSON-JOB FIT
Enam tipe karakteristik jenis pekerjaan yang disukai dan cocok bagi setiap individu, yaitu:
  • Tipe Realistik: Lebih menyukai kegiatan fisik yang menuntut ketrampilan dan koordinasi. Contoh: operator mesin, sopir truk, petani, penerbang, pengawas bangunan, ahli listrik.
  • Tipe Menyelidik: menyukai pekerjaan yang melibatkan pemikiran, organisasi dan pemahaman. Contoh: ahli fisika, ahli biologi, kimia, antropologi, matematika, peneliti.
  • Tipe Sosial: menyukai kegiatan yang melibatkan bantuan dan pengembangan. Contoh: guru, pekerja sosial, konselor, misionari, psikolog klinik, dan terapis.
  • Tipe Konvensional: menyukai peraturan dan tata tertib. Contoh: kasir, statistika, pemegang buku, pegawai arsip dan pegawai bank.
  • Tipe Pengusaha: menyukai kegiatan yang verbal, dimana ada kesempatan untuk memengaruhi orang lain. Contoh: pedagang, politikus, manajer pimpinan eksekutif perusahaan dan perwakilan dagang.
  • Tipe Artistik: menyukai hal hal yang bersifat seni dan abstrak. Contoh: ahli musik, ahli kartun, ahli drama, pencipta lagu dan penyair.

EMOTIONS
Emosi adalah reaksi terhadap suatu objek, bukan suatu sifat. Sedangkan suasana hati tidak terkait dengan suatu objek. Emosi dapat berubah menjadi suasana hati bila kita kehilangan fokus pada objek yang kontekstual.
Sebuah organisasi yang berjalan baik adalah organisasi yang berhasil meniadakan frustasi, takut, marah, benci, gembira, dan sebagainya. Beberapa emosi, terutama bila ditampilkan pada saat yang salah, dapat mengurangi kinerja karyawan. Namun realitasnya tetap saja bahwa karyawan membawa serta satu komponen emosi bersama mereka ke tempat kerjanya dan tidak ada studi yang komprehensif tanpa mempertimbangkan peran dari emosi ditempat kerja.

Contoh:
Karyawan yang bekerja di perusahaan X, sebagai resepsionis atau bagian penerima tamu. Di perusahaan X, dia dilatih untuk bersikap ramah ketika melayani tamu. Namun suatu saat sebelum dia pergi ke kantor dia bertengkar dengan suaminya dan pertengkaran itu semakin memuncak hingga suaminya mengancam bercerai apabila ia pergi ke kantor. Sang istri tetap pergi ke kantor dengan suasana hati yang tidak damai dan melayani tamu dengan ekspresi wajah yang sedih dan stres karena emosinya ketika bertengkar dengan suaminya terbawa hingga ia bekerja. Melihat hal diatas, dapat disimpulkan bahwa pentingnya pengendalian emosi dan pelatihan pengelolaan emosi bagi karyawan di sebuah perusahaan untuk dapat menciptakan perilaku dalam organisasi untuk selalu memberikan pelayanan yang menyenangkan dan profesional.

  • (Emotional labor) adalah ekspresi seorang karyawan dari emosi-emosi yang diinginkan secara organisasional selama transaksi antar personal di tempat kerja.
  • Emosi yang dirasakan adalah emosi sebenernya dari seorang individu. Sebaliknya emosi yang ditampilkan adalah emosi yang harus ditunjukkan oleh pekerja sesuai dengan pekerjaannya dalam organisasi/perusahaan.
  • Sebagai karyawan harus mampu menghadapi teman sekerja yang memiliki kepribadian dan pengelolaan emosi berbeda. Jika karyawan tidak mampu menerima perbedaan akan terjadi konflik dengan rekan sekerja. Konflik tersebut membuat karyawan harus lebih mengontrol emosi yang dimiliki.


DIMENSI EMOSI
  • Varietas : riset mengidentifikasikan enam emosi universal : kemarahan, ketakutan, kesedihan, kegembiraan, kejijikan, dan kejutan.
  • Intensitas : ekspresi yang berbeda dari intensitas emosi yang sama bisa disebabkan dari kepribadian ataupun tuntutan tempat kerja. Ada orang yang terkendali, tidak pernah memperlihatkan rasa marah, namun ada pula yang sebaliknya. Contoh : ketika ada masalah keluarga, karyawan tidak meluapkan emosi di tempat kerja dan menyimpan emosi tersebut dan bekerja seperti tidak ada masalah keluarga
  • Frekuensi dan durasi : frekuensi dan durasi yang diperlukan untuk tenaga kerja emosional juga harus disesuaikan dengan kemampuan frekuensi dan durasi yang dimiliki karyawan.

GENDER AND EMOTIONS
  • Bukti menunjukkan bahwa perbedaan antara pria dan wanita dalam hal emosi adalah bila menyangkut reaksi emosional dan kemampuan untuk membaca orang lain.
  • Wanita menunjukkan ungkapan emosi yang lebih besar daripada pria, mengalami emosi secara lebih hebat, lebih nyaman dalam mengungkapkan emosi, lebih baik dalam membaca petunjuk-petunjuk non-verbal dan paralinguistik, dan lebih sering menampilkan ekspresi dari emosi yang positif maupun negatif, kecuali kemarahan.

  
AFFECTIVE EVENTS THEORY (AET)
Teori peristiwa afektif (AET) adalah sebuah model yang menyatakan bahwa peristiwa-peristiwa di tempat kerja menyebabkan reaksi-reaksi emosional pada karyawan, yang kemudian mempengaruhi sikap dan perilaku di tempat kerja.
AET intinya mempunyai dua pesan penting, yaitu:
  1. Emosi-emosi yang dimiliki setiap individu menyediakan wawasan yang berharga bagi perusahaan untuk memahami perilaku karyawan. Dalam model ini menggambarkan situasi dimana kenyamanan dan suasana gembira di tempat kerja dapat mempengaruhi kinerja dan kepuasan karyawan.
  2. Karyawan dan manajer seharusnya tidak mengabaikan emosi dan peristiwa yang menyebabkan hal tersebut terjadi, bahkan ketika itu merupakan hal yang tidak penting, sebab suatu hal kecil dapat berubah menjadi hal besar.
Contoh:
Anton adalah karyawan yang berprestasi di perusahaan X. Dalam setiap pekerjaan yang didelegasikan kepadanya, Anton selalu berhasil mengerjakannya dengan hasil yang memuaskan. Namun suatu ketika, Anton diberikan proyek dimana ia harus bekerja sama dalam satu tim dengan rekan kerjanya yang ia tidak sukai. Hal ini menyebabkan Anton enggan untuk bekerja dan seringkali mengganggu fokus dan moodnya saat presentasi di depan rapat bisnis. Atasan Anton memahami akan gelagat Anton yang terlihat dari emosinya yang menunjukkan ketidaknyamanan saat bekerja dengan rekannya tersebut, kemudian segera melakukan pertukaran tim proyek Anton dengan tujuan agar Anton dapat menyelesaikan proyek tersebut dengan baik dan perasaan yang puas/nyaman.

APLIKASI-APLIKASI PERILAKU ORGANISASI TERHADAP EMOSI DAN SUASANA HATI
1. Kemampuan dalam menentukan / seleksi
Ada satu bukti kecerdasan emosi bahwa para pemberi kerja harus mempertimbangkan kecerdasan emosi sebagai salah satu faktor dalam proses perekrutan karyawan.
2. Pengambilan keputusan
Peran emosi dan suasana hati negatif di dalam pengambilan keputusan. Alloy dan Abramsom (1979) menyatakan individu yang tertekan membuat penilaian-penilaian yang lebih akurat daripada orang yang tidak tertekan.
3. Motivasi
Suasana hati dan emosi penting di dalam motivasi. Dalam mencapai sesuatu, setiap orang pasti mempunyai motivasi yang berbeda-beda. Kondisi suasana hati yang positif mendukung seseorang untuk dapat mencapai tujuan dengan hasil yang lebih baik daripada seseorang yang mempunyai motivasi namun dalam suasana hati yang negatif.
4. Kepemimpinan
Dengan membangkitkan emosi dan menghubungkannya pada visi yang menarik, para pemimpin meningkatkan kemungkinan bahwa para manajer dan karyawan akan menerima perubahan.
5. Konflik antar personal
Konflik antarpersonal adalah konflik yang timbul di antara rekan kerja. Sebenarnya keberhasilan seorang manajer di saat mencoba menyelesaikan konflik ditentukan oleh kemampuan untuk mengenali elemen emosional dalam konflik dan meminta pihak-pihak yang terlibat untuk mengendalikan emosi mereka.
6. Pelayanan pelanggan
Keadaan emosional seorang pekerja mempengaruhi pelayanan terhadap pelanggan, biasanya berpengaruh terhadap tingkat pengulangan bisnis dan tingkat kepuasan pelanggan. Terkadang emosi karyawan dapat berpindah ke pelanggan, hal ini disebut penularan emosional.  Contoh penularan emosi adalah sebagai berikut ketika seseorang tertawa dan tersenyum pada Anda, Anda mulai meniru perilaku orang tersebut. Baik penularan emosi positif ataupun negatif tetap akan berpengaruh terhadap pelanggan.
7. Perilaku menyimpang di tempat kerja
Emosi-emosi yang negatif dapat berdampak terhadap perilaku menyimpang di tempat kerja. Contohnya adalah iri hati, ketika kita iri karena teman kerja kita dipromosikan untuk menjadi direktur utama sedangkan kita tidak. Hal ini biasanya berujung pada perilaku menyimpang, bisa saja kemudian kita menyebarkan fitnah kepada teman kita yang hendak dipromosikan menjadi direktur utama.

Kecerdasan Emosional
Kecerdasan emosional berarti kemampuan seseorang untuk mendeteksi, mengendalikan dan mengelola emosi yang dimilikinya. Individu-individu yang memiliki kecerdasan emosional akan menjadi individu yang efektif di dalam melakukan pekerjaan. Kecerdasan emosional sendiri terdiri dari lima dimensi, yaitu:
  • Kesadaran diri artinya anda sadar atas apa yang anda lakukan ataupun rasakan.
  • Manajemen diri artinya anda mempunyai kemampuan untuk mengelola emosi dan dorongan dorongan pada diri anda sendiri.
  • Motivasi diri artinya anda memiliki kemampuan untuk bertahan dalam menghadapi kegagalan dan kemunduran pada diri anda akibat kehilangan motivasi.
  • Empati artinya anda memiliki kemampuan merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain di sekitar anda (anda tidak menjadi individu yang cuek).
  • Keterampilan sosial artinya anda mempunyai kemampuan menangani emosi-emosi orang lain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar